- Home >
- Tetangga Ku Yang Kesepian
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2015, Rumah kost yang ku tempati hanya terisi dua kamar, satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno yang berasal dari Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Fitri seumuran denganku. Fitri orangnya manis putih tinggi dan selalu bisa membuatku nafsu kepadanya meski dia sudah berkeluarga.
Mas Tarno adalah seorang penggangguran. Jadi untuk keperluan rumah tangga Fitri-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket. tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Fitri mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok.
Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Fitri dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Fitri senangnya bukan main mendengarnya.
Pada malam itu, aku ngobrol dengan Fitri dikamarnya sambil nonton TV. Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu- cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku “Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Fitri kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku. “Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar kan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku kan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung.
Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah- marah. “Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya. “Udah…jangan berandai- andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya.
“Mas, ….. Tiba-tiba Fitri duduk disebelahku mengapit tanganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh terkejut. Aku tahu Fitri butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali WaFitri semanis Fitri disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap waFitri. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Fitri apalagi ibu kostku sedang menjenguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!
Kutoleh Fitri yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Fitri yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Fitri memeluk tubuhku erat erat, Fitri sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Fitri yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Fitri memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Fitri, dan ternyata Fitri sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu, ternyata Fitri memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku. Tubuh Fitri benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah vagina yang tak berambut mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.
Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan
servis Fitri ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Fitri yang sudah berbaring
itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Fitri melepaskan
kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan
agak tergesa gesa Fitri merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati
bagian peka disekeliling penisku, semuanya dijilatinya, bahkan Fitri dengan
telaten menjilati penisku yang membuat aku benar benar blingsatan. Aku hanya
dapat meremas remas susu Fitri serta membelai vaginanya dengan jariku. Aku
sudah tak tahan dengan kelihaian Fitri ini, kusuruh dia berhenti tetapi Fitri
tak memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam
mulutnya yang hangat itu.
Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar yang disambut Fitri dengan
pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air
maniku agar keluar sampai tuntas. Ketika Fitri merasa kalau air maniku sudah
habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil
tersenyum manis ia melirik kearahku.
Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Fitri. Fitri langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu. Dengan tubuh telanjang bulat Fitri mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Fitri benar benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.
Aku
juga makin bernafsu melihat susu Fitri yang pentilnya masih kaku itu, apalagi
ketika kuraba vaginanya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau
Fitri juga masih bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat
penisku yang sudah tegak itu, Fitri langsung mengangkangi aku dan menepatkan
penisku diantara bibir vaginanya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya
sehingga akhirnya penisku habis ditelan vaginanya itu. Setelah penisku habis
ditelan vaginanya, Fitri bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar
pantatnya pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku
menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Fitri.
Setiap kali Fitri menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang
sangat terasa diujung penisku itu. Putaran pantat Fitri membuktikan kalau Fitri
memang jago bersetubuh, penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus
dihisap hisap oleh dinding vagina Fitri. Hebatnya vagina Fitri sama sekali
tidak becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Fitri sama sekali tak
terangsang oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Fitri
juga sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan
itilnya yang mengeras seperti batu itu.
Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Fitri itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan vaginanya. Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki vagina Fitri. Fitri menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari vagina Fitri. gerakanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Fitri sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.
Mulutku menciumi susu Fitri dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Fitri memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Fitri makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan vagina Fitri mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku. Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa vaginanya, Fitri dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari vagina sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya, Fitri menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Fitri menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku kucabut, Fitri langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih.
Penisku
saat itu warnanya sudah merah padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat
uratnya yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya. Fitri sesekali
menjilati ujung penisku dan juga buah pelirku. Ketika Fitri melihat penisku
sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku
memasukkan penisku. Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya
vagina Fitri, ketika penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Fitri
menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan
sekali. Kurasakan betapa ketatnya dindingvagina Fitri menjepit batang penisku
itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung
kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa kali aku
menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku
memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap. Fitri
menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta
agar aku meneruskan permainanku.
Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri
vagina Fitri itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air
maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Fitri
juga mencengkeram pundakku. Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani
yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping
tubuh Fitri, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh
lendir yang membasahinya. Fitri langsung bangun dari tempat tidur, dengan
telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku. Setelah
itu, disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur,
disamping karena memang lelah, pijatan Fitri benar benar enak, sambil memijat
sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku.
Aku
benar benar puas menghadapi perempuan satu ini. Aku tertidur cukup lama, ketika
terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Fitri terus
memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Fitri masih saja
telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Fitri yang sintal
itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Fitripun mulai
meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa
takut…..” Aku menarik tangan Fitri keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan
menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan
tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu
seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium
bibirnya yang ranum. Fitri membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku
mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi. Tanganku membekap dadanya dan
memainkan putingnya. Fitri mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati
putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat.
Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali
ini tidak ada waktu, karena sudah menjelang pagi. Fitri mengusap biji pelirku.
Kunaikan tubuh Fitri ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu
kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah
sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri,
dan memilin- milinnya dengan kuat. Kumasukan dua jari tanganku ke dalam
vaginanya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat
menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam
vaginanya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka
pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok
klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga
sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan
dinding rumhah tetangga.
Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati vaginanya. ” Ahhh…ahhh….Mas… Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari- jariku makin mengocok vaaginanya. Semenit kemudian, Fitri benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Fitri melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah.
Dadanya
naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak
sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri
dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya
melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Fitri tampak
sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke
dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,”
Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting
kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Fitri makin
terangsang.Penisku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya
semakin menyempit… Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan
tiba-tiba mata Fitri merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan
desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah
tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh… Ohhhhh uhhhhhh…” Fitri orgasme untuk
kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Fitri tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak- acakan. Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap- ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Fitri naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat.
Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya. “Fitri..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!! “Fitri langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Fitri menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Fitri berlutut dan menjilati seluruh penisku dengan rakus. Setelah Fitri menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan- lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama Fitri semakin gila- gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari.
TAMAT.