- Home >
- TETANGGAKU YANG EMOY
Kisah ini terjadi pada
bulan February tahun 1999, dimana saat itu aku baru saja pindah rumah ke suatu
kawasan pemukiman elite di daerah Jakarta Selatan. Namaku adalah Johnny (bukan
nama asli) dan usiaku 23 tahun. Untuk ukuran pria, aku memiliki penampilan
lumayan, tinggi 173 cm, berat 67 kg, dan aku juga suka olahraga renang dan lari
pagi.
Tetangga sebelah rumahku memiliki seorang anak gadis yang sangat menarik
perhatianku. Setelah tanya sana sini, aku mengetahui bahwa namanya adalah Desy
(bukan nama asli). Aku perhatikan dia juga suka lari pagi, dan aku lihat tidak
ada yang menemani, jadi aku bertekat ingin kenalan dengannya suatu saat.
Saat yang tepat itu datang pada suatu pagi, dimana aku sedang lari pagi, aku
mendengar langkah-langkah di belakangku, maka segera saja aku menengok ke
belakang, ehh.., ternyata dia. Pucuk di cinta ulam tiba, pikirku. Aku segera
memperlambat lariku agar dia dapat berlari di sampingku. Setelah dia ada di
sebelahku, aku menoleh dan melempar senyum ke arahnya, dan dia membalas.
Wahh.., bukan main manis senyumnya itu. Jantungku langsung berdegup dengan
keras.
Kemudian aku menyapanya, "Hai, suka lari pagi juga ya..?"
Dia menjawab, "Iya, dari dulu kok. Aku memang hobby lari pagi. Eh.. kamu
anak sebelah itu yang baru saja pindahan kan..?"
"Betul.., namaku Johnny. Kamu Desy kan..?" jawabku.
"Loh.. kok kamu tahu namaku? Dari siapa..?" dia tampak agak heran.
"Yaa.. aku tanya-tanyalah. Sebenarnya aku sudah beberapa hari ini
melihatmu, cuman baru kali ini saja kita bisa bertatap muka." ujarku
sambil tersenyum.
Desy mengajak berhenti sambil beristirahat. Kebetulan saat itu kami melintasi
sebuah telaga yang memang berada di dalam pemukiman itu. Kami berdua berhenti
sebentar sambil mengatur nafas. Kami berdua mengobrol dengan santai, dan aku
perhatikan dia sering mencuri pandang ke arahku.
"Kapan-kapan main dong ke rumah. Aku jarang keluar, soalnya temanku tidak
banyak." kata Desy.
"Oh ya..? Masak sih, gadis secantik kamu temannya tidak banyak..?"
ujarku keheranan.
"Iya, betuull.., kalau nggak percaya ya sudah..," jawabnya sambil
cemberut.
Wahh.., si Desy ini kalau cemberut wajahnya makin cantik. Aku suka sekali
melihat parasnya itu.
Desy itu dapat dikategorikan gadis cantik dan menawan. Dengan tinggi 170 cm dan
berat 52 kg, tubuhnya sangat ideal, kulitnya putih mulus, rambutnya panjang
sepunggung, hidungnya mancung dan juga.., dadanya indah sekali. Aku taksir
ukurannya sekitar 34A.
"Ya baiklah, aku percaya kok sama kamu, jangan marah ya. Aku bukannya
tidak percaya, cuman heran saja gadis secantik kamu tidak punya kawan
banyak." kataku.
"Udah deh.., mau nggak mampir?" katanya tidak sabar.
"Baiklah.., tentu saja aku bersedia. Kapan..?" tanyaku.
"Sekarang juga boleh kalau kamu bisa..!" jawab dia.
"Oh.. ok lah. Aku mau saja, tapi.. orang tua kamu bagaimana nanti? Aku
belum kenal mereka." kataku.
"Tenang saja, ayah-ibu sedang ke luar negeri. Mereka baru balik minggu
depan." ujarnya sambil tersenyum.
Kemudian kami berdua melanjutkan lari pagi yang sempat tertunda tadi. Sekarang
kami berlari menuju rumahnya. Sesampainya di rumah dia, dia membuka pagar dan
mempersilakan aku masuk. Aku masuk dan duduk di ruang tamu. Memang rumah ini
tampak sepi.
"Pembantumu mana Des..?" tanyaku.
"Ohh.., dia lagi ke pasar. Kamu ikut aku saja, jangan duduk di sini,
kamarku di atas kok..!" katanya.
Maka kami pun berjalan menuju ruang atas. Rumah ini sungguh luas. Memang aku
tahu orang tua Desy ini adalah orang yang berada. Semua perlengkapannya luks.
Sesampainya di ruangannya, Desy membuka pintu kamar dan menyuruhku duduk di
sofa. Setelah mengunci pintu, dia duduk di sebelahku dan tiba-tiba saja dia
menyandarkan kepalanya ke bahuku. Dadaku berdegup kencang dan aku membelai
rambutnya yang harum itu.
"Mas.., aku mau mandi dulu nih. Hmm.. mau ikutan nggak..?" dia
bertanya.
Aku kaget juga, dalam hati aku berkata, wahh, berani juga cewek ini.
"Ya oke, siapa takut.." jawabku.
Dia menarik tanganku ke arah kamar mandi yang memang letaknya di dalam kamarnya
itu.
Setelah kami berdua ada di kamar mandi, dia mulai membuka pakaiannya. Dadaku
berdegup lebih kencang. Aku saat itu betul-betul seperti melihat Dewi yang baru
turun dari langit. Sungguh indah tubuh Desy, benar-benar sempurna. Aku pun
segera membuka seluruh pakaianku. Setelah kami berdua telanjang bulat, maka dia
mengambil sabun dan mulai menyiramkan air ke badanku dan menyabuniku. Aku pun
tidak mau kalah dan melakukan hal yang sama.
Setelah itu kami berdua berpelukan, aku menatap wajahnya dalam-dalam. Akhirnya
perlahan kukecup keningnya, terus pipinya, dan akhirnya kukecup bibirnya yang
telah merekah merah. Kami saling berpagutan dan lidah kami saling bertautan. Desy
menciumku dengan ganas sekali, aku pun tidak mau kalah dan membalasnya. Aku
mulai menciumi lehernya dan meninggalkan beberapa bekas cupangan di sana.
Setelah itu aku mencium dadanya yang indah itu dengan puting yang telah tegak
menantang, berwarna merah muda.
"Ssshh.. terus Mas..! Enak..!" Desy mendesis kenikmatan sambil
mengusap-usap kepalaku.
Kemudian aku menjilat-jilat buah dadanya sambil mengulum putingnya bergantian
kiri-kanan.
"Ohh.., yaahh.., terus Sayang..!" erang Desy.
Dari dada aku terus menjilati tubuhnya ke perutnya yang putih mulus dan rata
itu. Terus ke bawah, ke arah pahanya, kakinya, dan aku mulai mengusap-usap
kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang cukup rimbun. Kuciumi
kemaluannya, dan tanganku membuka kemaluannya, dan aku dapat melihat lubang
kemaluannya yang sudah basah dan berwarna merah muda. Aku mulai menjilati
klitorisnya. Baunya sungguh harum dan aku sangat menyukainya.
"Auhh..! Sshh..! Terus Sayang..! Teruuss..!" Desy makin menjadi-jadi
dan mulai menjambak rambutku.
Aku lama bermain di selangkangannya. Setelah sekitar 10 menit, dia menyuruhku
duduk di atas closet dan dia mulai menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Dia
menyapu mulai dari dadaku, turun ke perut dan tangannya mengelus-elus batang
kemaluanku yang sudah tegak dengan panjang 19 cm dan lebar 3 cm.
Perlahan dia menempelkan mulut seksinya di ujung kemaluanku, dan mulai
menghisapnya.
"Ahh.., enak Sayang.. teruus..!" erangku kenikmatan.
Dia memasukkan seluruh batang kemaluanku sampai habis dan menaik-turunkan mulutnya
itu. Aku sungguh merasa seperti berada di awang-awang.
Setelah kira-kira 5 menit berlalu, akhirnya aku menaikkan badannya di atas bak
mandi yang memang ukurannya lebar. Desy mengerti dan membuka pahanya
lebar-lebar. Aku mulai menggesekkan ujung kemaluanku di klitorisnya.
"Ohh..! Ayo John.. aku sudah tidak tahan. Masukkan punyamu, Sayang.
Pelan-pelan ya..! Aku sudah lama tidak mengalami hal ini." desah Desy.
Maka aku pun menuruti kemauannya. Aku mulai memasukkan kemaluanku perlahan ke
dalam vaginanya.
Mula-mula terasa agak seret, untung saja dibantu dengan cairan yang keluar dari
vagina Desy, sehingga perlahan tapi pasti kemaluanku terbenam seluruhnya di
dalam vaginanya yang hangat dan berdenyut-denyut itu.
"Oohh..! Enak Sayang..! Ayo goyang..!" kata Desy.
Aku memaju-mundurkan pinggangku berirama, sementara itu bibirku mengulum
bibirnya, dan tanganku meremas-remas kedua buah dadanya yang makin mengeras dan
putingnya makin meruncing. Kadang aku ganti mengulum putingnya, sehingga Desy
mendesah tanpa henti keenakan. Batang kemaluanku serasa dipijit-pijit di dalam
liang vaginanya. Sungguh nikmat permainan kami berdua saat itu.
Setelah beberapa saat, kusuruh dia membalikkan badan, kedua tangannya bertumpu
pada pinggiran bak mandi, dan kami mengganti posisi dengan gaya doggy style.
Aku masukkan kemaluanku dari belakang, sedangkan kaki Desy yang satunya dia
naikkan sedikit menginjak pinggiran bak mandi. Bless.., kemaluanku sudah
tertanam sepenuhnya, dan aku mulai menggoyangkan pinggulku dengan berirama.
Desy juga tidak mau kalah dan menggoyangkan pinggulnya ke depan, belakang. Kali
ini aku menciumi dan menjilati punggungnya yang putih mulus ditumbuhi bulu-bulu
halus, dan kedua tanganku memainkan putingnya, dan sesekali menelusuri bagian
perut dan pahanya. Kami melakukan gaya itu selama kurang lebih 15 menit.
"Ahh..! Nikmat Sayang..! Teruuss..! Aku tidak lama lagi mau keluar John..,
ayoohh..!" erang Desy.
"Aku juga mau keluar Des.., keluarinnya di dalam apa di luar..?"
tanyaku.
"Di dalam saja, Sayang..!" jawab Desy.
Beberapa menit kemudian, milik Desy bertambah kuat denyutannya, dan aku tahu
dia mau mencapai orgasme. Maka aku pun mempercepat irama goyanganku, dan
kukulum bibirnya sambil tangan kiriku memainkan puting susunya sebelah kiri.
"Ohh.., aku keluar Sayang..! Aauhh..!" tubuh Desy menegang, dan aku
merasakan semburan cairan vagina Desy di kemaluanku.
Aku juga merasakan akan keluar, "Aku juga keluar Sayang..! Ohh..! Sret..
sret.. sret..!" spermaku dengan deras menyemprot ke liang senggama Desy.
Aku memeluk tubuhnya, dan kami berdua berpelukan. Kemaluanku kutancapkan
sedalam-dalamnya di dalam liang senggamanya. Aku masih memeluk tubuhnya dengan
erat sambil mengatur nafas.
"Jangan dicabut dulu ya Sayang, aku masih ingin merasakan milikmu di dalam
milikku..!" ucap Desy.
"Oke..!" jawabku sambil tersenyum.
Kucium lagi bibirnya yang sungguh seksi itu, dan kupeluk dengan erat tubuhnya.
"Thanks ya Sayang, aku sungguh puas hari ini." kataku.
"Iya, aku juga puas Sayang. Aku mau begini terus sama kamu..!" timpal
Desy.
Setelah itu kami berdua mengambil handuk dan mengeringkan badan serta
berpakaian. Aku pamit dengan Desy dan pulang ke rumah. Besok kami berencana mau
mengulangi lagi apa yang kami alami tadi. Sekian cerita dari saya. Semoga anda
semua puas membacanya, dan jika ada saran maupun kritik, silakan kirim ke email
saya.
TAMAT