Popular Post

Popular Posts

Posted by : cerita kita


Part 8.

Tidak tahan melihat pemandangan yang ada didepanku, segera kuremas kiri kanan bersamaan menggunakan kedua tanganku. Kucaplok putingnya, kusedot dan kumainkan lidahku menjilati kiri kanan secara bergantian. oohh..kak geli..ooohhh..kak sudah..geli kak ooohh… Aku tidak peduli dengan erangan Devi tetap kuremas dan kusedoti buah dadanya, setelah puas bermain dengan buah dadanya kecupanku dan jilatanku mulai turun keperutnya. Kutelusuri perut yang mulus dan rata itu menggunakan bibir dan lidahku, setelah puas bermain diperut dan pusarnya aku lepaskan celana trainingnya dan Devipun membantu dengan mengangkat pinggulnya membuatku mudah untuk melepasnya, dan ternyata Devi tidak memakai cd karena langsung terlihat gundukan yang sangat tembem dan halus tanpa bulu. Aku sudah tidak taha melihatnya, segera kudaratkan bibirku digundukan itu, kukecup kukeyot dan kujilati karena gemas sekali aku melihatnya. Setelah puas membuat gundukan itu sedikit kemerahan dan basah oleh liurku, mulai kukangkangkan kakinya dan kutekuk keata memperlihatkan belahan segaris itu sedikit terbuka. Tercium aroma yang sangat memabukan, hmm..basah sekali Apemnya membuatku tidak tahan dan segera membenamkan mulutku dibelahan Apemnya yang merah merekah itu. Kujilati belahan Apemnya dan kuhisap cairanya kuselingi dengan menyedot dan menjilati kelentitnya, Tubuh Devi kelojotan menerima perlakuanku membuatku harus tetap memegangi kakinya agar mulutku tidak terlepas dari Apemnya. ooohhh..kak gelii..ooohhh..kak eenakk…oohh..teruss..oohh.. Tak kuhiraukan rintihanya Devi, terus kumainkan Apemnya yang semakin basah menggunakan mulut dan lidahku. ooohh..aacchh..kak..oohh..kak sudah..oohh..Devi mau pipis kak..oohh..kak..Devi..pipiiiiss.. Saat kurasakan tubuh Devi menegang kusedot kelentitnya dengan kuat dan terus kujilati. kak..aawass..Devi sudah tidak tahan kak awaasssa..! ccrreeett..ccrreeett..cccrreett.. wow..ternyata Devi bisa squirt karena dari dalam Apemnya menembakkan cairan yang cukup kencang menghantam mulutku, membuatku sedikit gelagapan dan mulutku belepotan cairan orgasmenya. Tubuh devi kejang-kejang menggelepar dan nafasnya ngos-ngosan karena badai squirt yang menghantamnya. Aku sungguh terpesona melihat Devi yang squirt karena baru kali ini aku melihatnya, sungguh berbeda dengan Aisya yang kalo orgasme cairannya hanya merembes saja disaat keluar. tapi ini lendirnya memuncrat beberapa kali mengenai mulut dan sebagian wajahku, aku menyeka wajahku yang terkena lendir cintanya Devi. Aku segera berjongkok didepan selakangannya Devi, kuposisikan tubuhnya rebah sempurna dan mulai kukangkangkan kakinya menekuk keatas. Kusuruh Devi memegangi lututnya agar posisinya bisa mengangkang dengan sempurna, meskipun terlihat tubuhnya lemas tapi Devi menurut saja dengan apa yang aku suruh. Perlahan kubuka belahan bibir Apemnya Devi menggunakan jempol dan jari telunjuk tangan kananku, kupegang Batangku menggunakan tangan kiri kuarahkan ujung Batangku dan langsung kutekan. sudah cukup lama dan juga sudah berapa kali aku mencoba untuk memasukkan keApem Devi, tapi belum bisa memasukinya. Aku ingat bagaimana caraku dulu saat pertama kali menembus Apem Aisya, segera aku praktekkan terhadap Devi. Kutunggu otot Apemnya mengendur baru kutekan Batangku, dan saat ototnya mengencang seolah menghisap kuhentikan tekananku. Batangku sedikit demi sedikit mulai masuk membelah bibir Apem Devi, sampai kepala Batangku terbenam semua. Tapi saat aku menekannya lagi agar bisa masuk lebih dalam lagi sungguh terasa sulit, mungkin karena bentuk Batangku yang semakin kepangkal semakin besar membuka setiap milinya harus membuat jalan, beda dengan Batang yang kepalanya lebih besar yang penting kepala sudah masuh seterusnya lebih mudah. Pelan-pelan kugerakkan pinggulku naik turun mengeluar masukkan kepala Batangku, kulakukan itu agar Apem Devi terbiasa dulu dengan besarnya kepala Batangku. oowh..oohh..kak perih…ooohh..kak ooohh..gellii..ooohh.. tak kuhiraukan rintihannya Devi dan terus kuayunkan pinggulku, setelah kurasa kepala Batangku sudah lancar keluar masuknya dan juga terasa lendirnya bertambah banyak. Kuposisikan tubuhku untuk menindih tubuhnya, bersamaan dengan rebahnya tubuhku menindih kutekan juga pinggulku turun. ppprreett..ppprreett..bbblleeesss… Batangku seperti merobek sesuatu yang lembut, membuat Batangku sampai setengahnya yang masuk. ooww..aduhh..kak sakiit..aaduhhh..kak..aacchh.. Kuusap air matanya yang menetes menahan sakit, kuciumi wajah dan bibirnya juga kuremas buah dadanya agar bisa mengurangi rasa sakitnya. Setelah Devi sudah cukup tenang, mulai kugenjot keluar masuk Batangku secara pelan dan konstan. Aku tidak mau memaksakan Batangku masuk secara penuh dulu, dan melakukan seperti yang diawal tadi agar Apem Devi terbiasa dengan setengah Batangku yang berada didalamnya. Tarik tekan tarik tekan semakin lama semakin cepat, oohh..baru setengah saja sudah membuatku keenakan. Terasa Batangku dicengkram sesuatu yang lembut hangat dan juga terasa dihisap-hisap. ooohh..eennakk..Dev ooohh..Apemmu sempit sekali ooohhh..eennakk.. ooohh..aacchh..pelan-pelan kak..ooohhh..ooohh…hheeggt..ooohh.. Terus kuayunkan pinggulku naik turun mengeluar masukkan setengah Batangku membuat Apemnya semakin basah dan licin, kusuruh Devi merangkulku dan kutelusupkan tanganku dari bawah ketiaknya mengarah keatas untuk memegang bahunya dan bersiap untuk memasukkan Batangku lebih dalam sampai mentok. ” Dev kakak mau tekan lagi Batang kakak agar bisa sampai mentok, kalo sakit tahan aja ya sayang? gk lama kok sakitnya ” ” iya kak, tapi pelan-pelan ya kak! sakit banget rasanya ” Aku mulai melumat bibir tipis nan merah milik Devi dan terjadilah freskiss antara kami, disaat Devi menikmati bibir kami yang saling melumat aku mulai menekan dengan pelan namun kuat pinggulku kebawah. Ssslleeepp..bbblleeesss…. Mentok sudah Batangku terbenam didalam Apem Devi, rasa perih dan sakit membuat Devi melepaskan tautan bibir kami dan air matanya meleleh membasahi pipinya. Kakinya menjejak sofa ingin mengangkat tubuhnya mencoba melepaskan Batangku yang sudah tertanam mentok didalam Apemnya, mungkin gerak reflek karena merasakan sakit yang luar biasa, karena selain robeknya selaput dara juga terlalu besar dan panjangnya Batangku untuk ukuran Apem Devi yang masih 14th itu. Aaadduuhh..kak sakiit..sudah kak..hhiiks..hhiiks..aaduhhh..aaww…hhiiks.. Aku terus menahan bahu Devi agar Batangku tetap tertanam didalam sampai Devi tenang dan tidak meronta lagi, aku kecupi dan jilati leher yang jenjang itu, untuk mengirim rasa geli dan juga rangsangan agar rasa sakit yang dirasakan Devi jadi terpecah dengan rasa geli dan nikmat. Setelah kurasakan Devi sudah lebih tenang, aku mulai menarik keluar Batangku tapi belum sampai setengah dari Batangku yang keluar sudah kumasukkan lagi secara perlahan dan konstan. Itupun kurasakan tubuh Devi masih tegang, mungkin masih terasa perih saat kukeluar masukkan Batangku. Semakin lama kurasakan tubuh Devi semakin rileks, mulailah kutingkatkan genjotanku. Awalnya tidak sampai setengah Batangku yang keluar sudah kumasukkan lagi, kini kutarik lebih keluar sampai hanya kepala Batangku yang berada didalam lalu kutekan lagi sampai mentok. ooohh..kak ooohh..hmm..heeng..ooohh.. ” masih sakit Dev? ” ” masih sedikit perih kak, jangan kenceng-kenceng ” Aku tetap melakukan genjotan secara penuh namun pelan, agar Apem Devi beradaptasi dengan besar dan panjangnya Batangku disetiap milinya. ooohh..ennakk..banget Dev ooohh..punyamu sempit..ooohh.. nikmmaatt.. Tanpa sadar aku juga ikut merintih dan melenguh merasakan kenikmatan ini, secara perlahan kutingkatkan genjotanku tapi tetap hati-hati takut Devi masih merasakan sakit. Tidak kudengar Devi mengeluh kesakitan lagi justru rangkulannya semakin erat dan kakinya dilingkarkan dipinggulku, dan bibirnya mencari-cari bibirku meminta untuk melakukan freskiss lagi. Semakin mantap ayunan pinggulku dan lebih kupercepat lagi genjotanku, sungguh nikmat sekali Batangku menyusuri lorong basah yang mencengkram dan menghisap kuat. Sepertinya Devi juga sudah bisa merasakan nikmatnya persetubuhan kami, karena aku sudah tidah mendengar lagi rintihan kesakitan justru lenguhan nikmat yang keluar dari bibirnya. Ccllepp..ccllepp..cclloopp..cclloopp..ppllookk..pp llookk.. Bunyi selakangan kami yang saling beradu dan juga Batangku yang keluar masuk Apemnya yang semakin basah. ooohh..ooohh..kak terruss..ooohh..kak..ooohh..kok jadi eennakk..ooohh..ampun dech..eennakk..ooohh.. Iya Dev..ooohh..kakak juga rasa eennakk…ooohh..nikmat banget Apemmu ooohh…sempiitt..ooohh.. Lenguhan kami yang saling bersahutan diantara bunyi selakangan kami yang saling beradu, terdengar sangat merdu ditelinga kami yang telah diselimuti nafsu yang semakin memuncak. Ooohh..lebih cepat lagi kak..aacchh..Devi sudahh..mau pii..piiss..enakk..laaggiii..ooohh.. Kupercepat genjotanku menggunakan irama 5:1, lima kali genjotan setengah Batang satu kali genjotan dengan Batang yang penuh keluarnya dan juga masuknya. Membuat Devi kelojotan dan belum lama kulakukan itu tubuh Devi sudah menegang, rangkulanya semakin erat dan disaat Batangku kukeluarkan sampai hanya kepalanya saja yang berada didalam lalu kusentakkan lagi turun kebawah dengan kuat sampai mentok tubuh Devi langsung kelojotan. Ooohh..kak awas Devi mau pipiiss…ooohh..pipiiisss… Tubuh Devi kelojotan dan meronta saat squirt melandanya, aku tetap menahan tubuhnya agar Batangku tidak terlepas dari dalam Apemnya karena aku ingin merasakan Batangku didalam Apem yang sedang squirt. Ccrreett…cccrreett..cccrreett… Beberapa kali ujung Batangku dihantam cairan squirt yang cukup kencang, wow..Batangku rasanya dicengkram dan disedot-sedot sangat kuat seperti ingin dilumat hingga hancur. Aku sangat menikmati sekali rasanya karena sedotannya yang kuat seolah memaksa maniku untuk keluar, setelah tubuhnya tenang aku mulai menggenjot lagi tapi setiap kugenjot tubuhnya bergetar lagi hingga lima kali genjotan masih seperti itu. Sampai tidak ada getaran lagi ditubuh Devi aku mulai mempercepat lagi genjotanku, kurasakan dinding Apem Devi semakin licin dan Batangku semakin basah kuyup.

BERSAMBUNG.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © CERITA KITA - but you - Powered by cerita kita - Designed by by me -