- Home >
- MENJELANG PILKADES 6
Episode 6
Malam yg semakin menanjak menjadi saksi hasrat kerinduan antara Bu Eva dan Pak Iwan yg tengah memuncak. Ciuman rindu kini berubah menjadi ciuman nafsu. Keduanya pun semakin larut dan saling memanjakan bibir dan lidah mereka.
Pak Iwan yg sangat berhasrat ingin kembali menikmati tubuh mantan istri yg sudah sangat lama tak ia jamah mulai memberanikan meremas payudara Bu Eva yg terlihat sudah sangat menikmati suasana. Dengan perlahan Pak Iwan mengelus dada Bu Eva yg menonjol dibalik dress warna kremnya.
Mendapati Bu Eva tak keberatan dengan gerakan tangan Pak Iwan, lelaki itupun mulai meremas dengan lembut payudara yg berukuran sangat besar itu. Dengan gemas Pak Iwan meremas bagian tubuh kebanggan Bu Eva itu, sementara Bu Eva yg semakin menikmati suasana malam itu nampak lebih semangat dalam mengulum lidah Pak Iwan. Sesekali bahkan Bu Eva melenguh manja tanda bahwa ia sangat menikmati remasan di payudaranya.
Nafsu pak Iwan semakin menjadi saat ia sadar bahwa ia bisa kembali menaklukkan mantan istrinya. Salam hati pak Iwan merasa girang bukan kepalang, ia tak menyangka kedatanganya hari ini akan langsung disambut dengan layanan special dari Bu Eva. Hanya tinggal selangkah lagi Pak Iwan bisa mencicipi kembali tubuh indah Bu Eva.
Setelah beberapa menit ia meremas payudara Bu Eva, kini tangan nakalnya terlihat bergerak untuk memelintir puting Bu Eva yg meskipun masih tersembunyi di balik Bra dan bajunya namun karena ukuranya yg besar benda kecil itu bisa dirabanya dengan mudah. Bu Eva kembali melenguh dan mendesah menikmati usaha Pak Iwan. Sementara kontol Pak Iwan mulai menegang melihat mantan istrinya itu amat menikmati usahanya. Namun sayang, saat birahi keduanya sedang memuncak, sebuah gangguan datang.
"Ting" Bunyi pesan WA terdengar dari ponsel Bu Eva.
Bu Eva yg kaget hanya meliriknya sebentar. Dilihatnya layar ponsel yg berada diatas meja itu. Betapa jengkelnya Bu Eva karena ternyata WA tersebut datang dari Pak Hendro.
"Selamat malam Bu Eva yg cantik," kira kira begitu isi WA Pak Hendro yg tak dibaca oleh Bu Eva.
Tak ingin membuyarkan suasana, Bu Eva justru mengacuhkan pesan Pak Hendro itu. Ia pun kembali asyik menikmati ciuman dan remasan tangan Pak Iwan. Keduanya pun kembali larut dalam suasana. Namun berselang 2 menit kemudian, bunyi pesan WA yg sama kembali terdengar.
"Hai Lontekku sayang, Are you ready tonight?" Isi pesan kedua.
Lagi lagi Bu Eva hanya meliriknya, bahkan saat Pak Iwan yg juga merasa terganggu hendak melirik pesan itu, Bu Eva segera mencegahnya. Dipalingkanya pipi Pak Iwan agar tak perlu mengabaikan pesan WA itu. Bu Eva bahkan sekarang nampak mengarahkan tangan Pak Iwan masuk ke dalam dress nya agar bisa meremas payudara Bu Eva dengan lebih leluasa.
Namun sayang, belum lama Bu Eva menikmati remasan nakal Pak Iwan, gangguan lagi lagi terdengar. Kali ini gangguan itu bukan hanya sekedar pesan WA, namun yg kali ini muncul adalah sebuah Video Call.
Betapa paniknya Bu Eva saat mendapati nama Pak Hendro bergetar getar di layar handphonenya untuk segera minta respon dari Bu Eva. Apalagi dia teringat pesan Pak Hendro tadi siang bahwa malam ini dia memerintahkan Bu Eva untuk memberikan layanan Video Call Sex.
"Maaf mas, ada yg menelepon," kata Bu Eva melepaskan bibirnya dari ciuman Pak Iwan.
"Angkatlah, sepertinya itu penting" kata Pak Iwan yg sebenarnya kesal. meski begitu ia berharap gangguan itu hanya sebentar dan ia bisa melanjutkan lagi aksinya dengan Bu Eva.
Dengan menahan amarah yang teramat sangat Bu Eva terpaksa meminta Pak Iwan untuk mengakhiri petualangan mereka.
"Maaf mas, ketua tim suksesku menelepon. Sepertinya ada yg penting sekali," Bu Eva berkilah.
"Tak apa apa" Pak Iwan mengalah mendengar Bu Eva menyebut ketua tim sukses dari pencalonan Bu Eva. Merasa keperluan itu harus didahulukan, Pak Iwan terpaksa merelakan Bu Eva.
Tak ingin Pak Iwan semakin curiga, Bu Eva pun bangkit dan buru buru menuju kamarnya untuk mengangkat Video Call pak Hendro dan meninggalkan Pak Iwan seorang diri.
Seusai menutup pintu dan menguncinya, Bu Eva pun menjawab panggilan Pak Hendro itu.
"Halo Pak, untuk apa menganggu saya malam malam seperti ini?" Wajah ketus Bu Eva muncul didalam layar namun ia harus berbicara dengan suara pelan.
"Hahaha, Ibu galak sekali. Saya cuma mau mengingatkan ibu kalau ibu belum mengerjakan PR malam ini?" wajah mesum Pak Hendro nampak bertelanjang dada terlihat berkata kata di layar ponsel.
"PR apa pak?" kata Bu Eva sembari menunjukkan keengganannya.
"Ibu harus menemani saya VCS malam ini. Lihat ini saya sudah siap" balas Pak Hendro sembari menggeser posisi kameranya untuk menunjukkan kepada Bu Eva kontolnya yg sudah terbuka.
"Bapak gila, apa bapak belum puas dengan foto tadi siang? " elak Bu Eva yg jijik melihat kontol Pak Hendro.
"Saya belum puas Bu sebelum kontol saya ini membanjiri tempik hangat ibu," katanya sambil memegangi kontolnya yg sudah menegang.
"Ayolah Bu, manjakan kontol saya malam ini. Nanti tempik ibu akan saya manjakan juga saat kita bertemu....hahahaha," Pak Hendro semakin keterlaluan.
"Saya tidak mau pak" tolak Bu Eva.
"Kalau ibu tidak mau, sekarang juga foto foto ibu bisa saya kirimkan ke orang lain," lagi lagi Pak Hendro menggunakan ancaman utamanya. Bu Eva yg panik hanya bisa menghela nafas dalam dalam.
"Ayo Bu, segera pakai G string yg saya berikan tadi. Ambil dildonya dan mari kita bersenang senang. Jangan lupa jilbabnya jangan dilepas. Dan tolong jangan tutup panggilan ini, saya ingin melihat ibu berganti pakaian. hahahaa " perintah Pak Hendro.
Bu Eva terdiam untuk sesaat, hingga akhirnya ia terpaksa harus menuruti lagi permintaan Pak Hendro.
Iapun bergegas.
Setelah meletakkan handphonenya, Bu Eva segera bergegas membuka pakainya dengan disaksikan oleh Pak Hendro. Iapun kemudian meraih sebuah gstring warna hitam yg tadi dikirimkan oleh Pak Hendro dan mencoba memakainya meski dengan perasan risih. Tak lupa, iapun menuruti Pak Hendro untuk menggunakan dildo berwarna pink yg tadi disimppanya di tempat tersembunyi. Terakhir sebuah headset dikenakannya agar suara nakal video call sex itu tidak terdengar oleh orang lain.
Di depan layar handphone Pak Hendro, kini nampak lah sosok Bu Eva yg tengah memakai pakaian nakal itu dihadapan Pak Hendro. Tubuhnya yg semok dan sintal nampak dibaluti dengan seuntai tali tipis dari G string yg amat kecil itu. Saking kecilnya bahkan bagian depan G- string yg harusnya bisa menutupi bagian tempiknya justru tenggelam di belahan tempik Bu Eva. Sehingga pak Hendro dengan leluasa bisa menyaksikan lebatnya jembut Bu Eva. Sementara itu, bagian pantat nya juga nampak hanya ditutupi oleh seuntai tali yg juga kecil. Untuk bagian atas, Bu Eva masih nampak menggenakan jilbab kuning mustard yg tadi dipakainya makan malam. Sementara kedua payudara besarnya nampak menggantung karena Pak Hendro tak meminta mengenakan Bra.
"Jembut ibu lebat sekali, nanti dirapihkan ya kalau pas ketemu dan bercinta dengan saya. Atau kalau ibu malas merapihkanya, saya akan senang hati merapihkanya dengan jilatan lidah saya" kata kata Pak Hendro membuat jijik Bu Eva.
"Kenapa dari tadi diam saja? Kalau kamu setuju, anggukkan kepala donk Lontekku," perintahnya.
Meski enggan, Bu Eva lantas mengangguk.
Menyaksikan tubuh indah Bu Eva betelanjang dan hanya memakai sebuah g string yg teramat mini, Kontol Pak Hendro seketika menegang. Kontol besar itu dikocoknya sembari diperlihatkan kepada Bu Eva.
"Mari Bu, kita mulai. Coba naik ke ranjang dan bersandar pada tembok Bu. Saya ingin lihat ibu mengocok tempik ibu dengan dildo itu,".
"Baik Pak, tapi sebentar saja ya," balas Bu Eva berangsur pindah ke atas ranjang dan bersandar pada tembok kamarnya.
Sementara itu, diluar sana Pak Iwan yg kesal dan tak sabar menunggu Bu Eva kembali memilih masuk ke kamar yg disediakan untuknya. Letak kamar itu kebetulan bersebelahan dengan kamar Bu Eva. Pak Iwan terpaksa menahan nafsunya yg menggunung karena harus mengalah pada keperluan Bu Eva yg tengah sibuk berkoordinasi dengan ketua tim suksesnya.
Pak Iwan yg merasa cukup letih kemudian nampak menaiki ranjang dan memilih untuk bersandar pada sebuah dinding yg bersebelahan persis dengan dinding kamar Bu Eva. Dalam sandarannya, ia kembali memikirkan mantan istrinya yg meski sudah bercerai denganya selama dua tahun ini, namun ternyata ia bisa merasakan bahwa Bu Eva masih mencintainya. Bahkan jika tidak ada gangguan, malam ini Bu Eva akan dengan senang hati dientotnya.
"Aku kangen kamu Yul, " keluh Pak Iwan dalam hati sembari menyandarkan punggung dan kepalanya. Ia berharap Bu Eva yg berada persis di balik tembok itu saat ini juga sedang merindukan ya.
"Apa yg sedang ia lakukan sekarang?" Pak Iwan kembali bertanya dalam hati tanpa tahu bahwa di balik tembok tempatnya bersandar, Bu Eva yg juga tengah menyandarkan dirinya ternyata sedang saat dijadikan budak nafsu Pak Hendro.
"Ayo Bu Eva sayang. Puaskan kontolku malam ini. Elus dan masukkan dildo itu ke dalam tempik indahmu sayang," paksa Pak Hendro sembari menggocok kontolnya.
Bu Eva yg ingin segera mengakhiri momen memalukan itu hanya bisa pasrah dan menuruti semua kemauan Pak Hendro agar lelaki itu segera ejakulasi. Bu Eva kemudian mulai mengarahkan dildo berukuran besar itu diseluruh permukaan jembut lebatnya. Dengan enggan dan tak sedikitpun mengerahkan pandanganya kepada Pak Hendro, Bu Eva terus menggesek dildo itu di permukaan tempiknya.
"Kenapa kaku sekali Bu, cobalah lebih menikmatinya. Coba remaslah payudara ibu dan perlihatkan wajah terangsangmu Lonteku sayang," perintahnya.
Bu Eva yg tak ingin suaranya terdengar orang lain hanya bisa terdiam saat tanganya kini mulai lincah memainkan dildo. Setelah beberapa lama dildo itu hanya menjamah bagian permukaan saja, kini Bu Eva nampak memasukkan dildo itu ke dalam tempiknya. Namun karena dildo itu masih keset karena masih baru dan kering Bu Eva nampak kesulitan memasukkannya.
"Emut dulu dildonya sayang biar licin," Pak Hendro mengarahkan semua gerakan Bu Eva seperti seolah olah wanita itu adalah boneka seksnya.
"Aaaah... indah sekali sayang. Emut dan kulum yg dalam seolah olah itu kontolku. Terus sayang, masukkan terus sampai tenggorokanmu," dikte Pak Hendro yg dituruti dengan enggan oleh Bu Eva.
"Gak sabar aku Bu pengen segera diemut kontolnya oleh Bu Kades," bayang Pak Hendro akan perjanjian khususnya bahwa begitu Bu Eva menang dalam Pilkades, ia harus bersedia dientot oleh Pak Hendro selama ia mencicil hutangnya. Bu Eva yg jijik mendengar kata kata pak Hendro langsung menyudahi aksi mengemut dildo itu. Ia pun kemudian mencoba memasukan dildo yg sudah basah itu ke dalam tempiknya yg sebenarnya sudah mulai membasah.
"Bleeeeeeesssssssttt..." dildo itu pun masuk dengan cukup mudah ke tempik Bu Eva yg memang sudah cukup lower itu. Maklum tempik ibu satu anak itu sudah tek terhitung lagi di entot oleh kontol Pak Iwan dan kontol kontol lain yg pernah beruntung mencicipi belahan surga Bu Eva. Pak Hendro menelan ludah saat menyaksikan dildo yg besar itu membelah jembut Bu Eva yg kemudian langsung menelusup di selah dinding tempik Bu Eva yg gemuk itu.
"Indah sekali tempikmu sayang! Ah gila! Luar Biasa! " ucap Pak Hendro sembari mengencangkan kocokkan nya.
"Yg keras dan dalam lagi Bu," perintah Pak Hendro yg merinding membayangkan akan seperti apa nikmatnya jika kontolnya nanti bisa memperkosa tempik Bu Eva. "Gak sabar pengen mengganti dildo itu dengan kontolku Bu!".
Saat Bu Eva mengencangkan kocokannya seperti permintaan Pak Hendro, dirinya pun mulai merasa terangsang dan terbawa suasana. Terlebih bisikan nakal Pak Hendro perlahan lahan membangkitkan nafsunya. Namun lih alih membayangkan kontol Pak Hendro, dalam hati Bu Eva saat itu justru ia sedang membayangkan kontol Pak Iwan mantan suaminya tengah menggenjot tempiknya dengan sekuat tenaga seperti yg dulu sering ia alami.
"Plok....plok....plok...plok....
plook...plok...plok...plok...
plook...plook...plooock...plok...plockk! " begitulah bunyi tempik lower dan basah Bu Eva saat dildo itu dikocoknya dengan sekuat tenaga.
"Bangsat!! Luar biasa sekali Bu tempikmu. Ayo Lonteku....lebih semangat! Keras lagi! keras lagi!" Pak Hendro kesetanan menikmatinya.
Disaat itulah Pak Iwan yg berada persis dibalik tembok kamar Bu Eva samar samar mendengar bunyi "plock...plock...plock".
Pak Iwan yg terkejut nampak mengerutkan dahinya. Karena merasa ia hanya salah dengar, iapun sempat mengacuhkan bunyi itu.
"Plock....plockk....ploock....plock".
Telinga pak Iwan lagi lagi terganggu oleh bunyi yg semakin keras itu. Merasa cukup familier dengan bunyi itu, Iapun mulai penasaran. Karena ingin tahu apa kira kira yg menjadi sumber bunyi itu Iapun mencoba mendengarkannya lebih jelas lagi. Ditempelkannya telinganya ke dinding tembok untuk mengetahuinya.
"Plock...plock...plok...plok!" bunyi yg merambat melalui dinding itu terdengar lebih keras oleh telinga Pak Iwan. Dirinya semakin penasaran apa gerangan di balik suara itu. Meski demikian, Pak Iwan belum terpikirkan bahwa bunyi itu berasal dari bunyi tempik Bu Eva yg saat ini tengah melayani video call sex Pak Hendro.
"Suara apa itu?" tanya Pak Iwan dalam hati.
"Seperti suara sesuatu yg sedang dikocok" lagi pikirnya dalam hati.
"Plook...plock...plock....plock...."
Lagi lagi Pak Iwan mendengar bunyi yg semakin keras.
Imajinasi Pak Iwan melesat jauh dan mencoba menebak nebak.
"Apa jangan jangan Eva sedang masturbasi? Jika benar, kasian sekali dia. Sudah ngebet ingin dientot olehku" pikir Pak Iwan dengan tersenyum bangga.
"Ah...rasanya tidak mungkin. Mungkin itu hanya suara suatu yg lain,"
Pikirnya kembali.
Sementara itu, dibalik dinding kamar sebelah, Bu Eva yg meski sudah mengocok tempiknya sekeras mungkin, namun Ia tak kunjung melihat tanda tanda Pak Hendro akan segera ejakulasi. Bu Eva yg penasaran kini mencoba memberanikan diri menatap layar handphonenya. Saat itu yg dilihatnya adalah kontol pak Hendro masih berdiri tegak, sementara dibelakang kontol itu terlihat wajah mesum Pak Hendro yg tengah kesetanan.
"Wajahmu cantik dan nakal sekali Bu" celetuk Pak Hendro saat Bu Eva menampakkan wajahnya.
Bu Eva yg hanya berani membisu mencoba memberi isyarat jari kepada pak Hendro bahwa ia ingin segera selesai. Kedua tangan Bu Eva diarahkan di depan kamera dengan kedua jari telunjuknya menyilang membentuk angka X.
"Sudah ya" begitu kira kira maksud Bu Eva yg tak berani berbicara karena takut akan terdengar oleh orang lain.
"Aku belum puas sayang. Sekarang kamu naikin dildo itu ya, kamu genjot seperti saat kamu WOT! " lagi lagi Pak Hendro menyutradarai semua gerakan Bu Eva.
Ingin segera membuat Pak Hendro ejakulasi, Bu Eva pun segera menuruti permintaan Pak Hendro.
"Remas remas susumu sayang dan genjot dildonya lebih keras lagi!" pinta Pak Hendro.
Bu Eva yg kini menaiki dildo dan semakin mengencangkan genjotanya sampai membuat bunyi "krengket...krengket...krengket" di ranjangya. Bunyi itu ternyata juga didengar oleh Pak Iwan yg masih penasaran akan apa yg terjadi di kamar Bu Eva.
Pak Hendro yg ingin menjadikan Bu Eva boneka pemuas nafsunya kembali mempunyai satu permintaan yg saat Bu Eva mendengarnya, ia merasa merinding sampai buku kuduknya berdiri.
"Ambil selembar kertas dan spidol Bu. Tuliskan "AKU LONTE PAK HENDRO!" diatas kertas itu dan tunjukkan padaku saat kamu menggenjot dildo itu!
Bu Eva yg mendengar perintah mengerikan itu beberapa kali menggeleng untuk memohon kepada Pak Hendro untuk tidak melakukan itu.
"Cepat Bu!! Kerjakan! Atau malam ini akan aku kirimkan foto dan video bugil ibu kepada Pak Bambang calon lawanmu di Pilkades nanti" Paksa Pak Hendro dengan nada meninggi.
"Tidak pak" geleng Bu Eva tanpa bersuara.
"Cepat lakukan!" Pak Hendro dengan nada tinggi.
Bu Eva yg hanya bisa pasrah akhirnya menuruti perintah Pak Hendro. Ia pun segera menyobek selembar kertas dan menuliskan kalimat yg amat menjijikan itu. Rasa malu bercampur marah beraduk dalam diri Bu Eva yg mendapati dirinya mulai diperalat oleh Pak Hendro. Tak lama, Bu Eva kembali di atas ranjang dan mulai menaiki lagi dildo nya sembari menutupi wajahnya dengan selembar kertas itu.
"Halo Lontekku, kamu nakal sekali. Ayo tunjukkan wajah cantikmu sayang," bujuk Pak Hendro yg puas sekali melihat aksi Bu Eva yg tengah menutupi wajahnya karena malu.
"Tunjukkan wajahmu Bu! Bebaskan dirimu dan bayangkan jika dildo yg kau naiki itu adalah kontolku," bisik nakal Pak Hendro.
"Kalau nanti ibu naik diatas kontol saya, ingin saya remas remas payudara ibu yg besar itu. Oh...indah sekali," Pak Hendro semakin kesetanan mengocok kontolnya apalagi saat melihat bercak putih nampak terlihat diatas permukaan dildo yg dinaiki Bu Eva.
"Lihat Bu, tempikmu sudah mulai berbusa. Apa kamu menikmatinya sayang. Terus sayang...yg keras sampai kau orgasme," Pak Hendro tersenyum puas.
Imajinasi liar Pak Hendro tak henti hentinya berjalan. Kali ini ia menginginkan Bu Eva untuk memainkan posisi lain.
"Sekarang tempelkan dildo itu di tembok Bu, dan genjot kencang seperti posisi Doggy," Perintah Pak Hendro
Bu Eva menggeleng karena tak tahu apa yg dimaksudkan Pak Hendro.
"Ayo Bu, Nungging dan tempelkan dildo itu ditembok sayang" perjelas Pak Hendro yg akhirnya mulai dipahami Bu Eva.
Meski awalnya kesulitan saat melekatkan dildo itu ditembok, Bu Eva
akhirnya berhasil melakukan posisi yg diperintahkan Pak Hendro. Sambil terus menunjukkan kertas bertuliskan "AKU LONTE PAK HENDRO" Bu Eva terus menggenjot dildo itu dengan kerasnya. Semakin keras ia mengenjotnya, tempik basah berbusanya semakin keras mengeluarkan bunyi "plock...plock...plock"
Bunyi "Plock...plock...plock" itu semakin terdengar keras seiring Bu Eva yg mulai merasakan kenikmatan dari dildo itu. Hasilnya suara dari tempiknya itu kini terdengar lebih keras karena merambat melalui permukaan tembok.
"Gila, suara apa ini? Semakin keras di tembok!" Lagi lagi Pak Iwan mengerutkan dahi.
Iapun menempelkan lagi telinganya. Hasilnya, suara itu terdengar lebih keras di telinga Pak Iwan, terlebih tembok kamar itu juga nampak sedikit bergetar.
Bayangan Pak Iwan yg masih belum bisa menerka darimana bunyi itu berasal sekali lagi tak pernah tahu bahwa dibalik dinding tembok itu, Bu Eva tengah dijadikan lonte oleh Pak Hendro.
Pak Hendro yg sudah mulai tidak kuat melihat kenakalan Bu Eva kini merasakan birahinya semakin memunca. Hal itulah yg membuatnya mengocok kontolnya dengan lebih kesetanan sembari menikmati wajah lonte di depanya.
Merasa sudah dekat dengan puncak kenikmatan, Pak Hendro kini meminta Bu Eva untuk melakukan aksi oamungkasnya. Ia meminta Bu Eva untuk tidur terlentang dan memperlihatkan susunnya yg besar dan wajahnya yg cantik.
"Terlentang lah Bu, aku pengen lihat susu besarmu sayang, pengen aku banjiri wajah cantik dan susumu itu dengan pejuhku," pinta pak Hendro.
Bu Eva yg merasa Pak Hendro sudah akan ejakukasi langsung menurutinya agar petualangan malam itu segera berakhir. Diarahkannya kamera itu didepan payudara besar dan wajahnya, sementara Pak Hendro juga mengarahkan kameranya pada pucuk kontolnya.
Betapa indahnya pemandangan yg disaksikan Pak Hendro saat menyaksikan Bu Eva yg cantik tengah meremas remas payudara raksasanya. Puas sekali Pak Hendro saat melihat wajah cantik Bu Eva sesekali nampak melenguh sembari memejamkan matanya.
Setelah sekitar lima menit menyaksikan pemandangan yg teramat indah itu, pertahanan kontol Pak Hendro pun menyerah.
"Arrrrrrgh Lonteku....Arrrgh Lonteku....Arrrrhgh Lonteku....terimalah pejuhku sayang. Aaaaarrrgh!!!! "
"Croot.... Croot....Croot....Croot....
Croot.....Croot.....Croooooots" Ledakan pejuh pak Hendro nampak jelas di mata Bu Eva.
"Uuugh...Gila sayang. Puas sekali aku malam ini. Kamu luar biasa," ucap Pak Hendro dengan wajah lemas namun puas masih nampak mengocok kontolnya yg sudah basah dan licin karena pejuhnya yg keluar. Karena masih terus dikocoknya, kontol besar itupun nampak berbusa, dan tentu saja pemandangan menjijikkan itu nampak pula dilihat oleh Bu Eva.
"Iiiih....." Bu Eva jijik.
"Semakin gak sabar aku ingin segera memperkosa tempikmu sepuasnya. Pokoknya aku ingin membuat tempikmu berbusa seperti ini Bu" ucap nakal Pak Hendro.
"Kontolku tak sabar ingin merasakan hangat tempikmu Bu Kades!" Pungkas Pak Hendro dengan tertawa nakal yg seketika itu pula diikuti dengan gambar layar hitam karena Bu Eva yg sudah menyelesaikan tugasnya buru buru menutup panggilan video itu.
Merasa sudah cukup puas, Pak Hendro tak marah saat Bu Eva menutup panggilan video itu begitu saja. Dengan senyum puas pak Hendro membaca notifikasi yg terpampang di layarnya.
"PANGGILAN VIDEO ANDA SUDAH BERHASIL DIREKAM - 34 MENIT, 17 DETIK"
Tubuh Bu Eva yg telanjang masih nampak tergeletak di atas ranjangya seketika merasa jijik mendapati dirinya kini sudah menjadi wanita nista yg selalu dimanfaatkan oleh Pak Hendro. Dengan kesal iapun meremas kertas menjijikkan yg tadi dipegangnya saat video call dengan Pak Hendro dan melemparkannya.
Buku kuduk Bu Eva berdiri saat ia membayangkan momen dimana ia terpilih menjadi Kades nanti. Saat itu ia harus mulai mencicil hutangnya kepada si Brengsek Hendro dengan tak hanya menggunakan uang saja, namun menggunakan tubuhnya. Ia tak berani membayangkan akan seperti apa kesetananya Pak Hendro saat memerkosa tempiknya hingga berbusa- busa. Bu Eva takut jika lelaki maniak seks itu akan melakukan perbuatan yg lebih mengerikan kepada tubuhnya.
"Aku tak boleh seperti ini terus!" gumamnya dalam hati. "Aku harus melakukan sesuatu!"
Bu Eva pun seketika teringat dengan uang yg baru saja diberikan oleh mantan suaminya untuk keperluan Pilkades. Saat itu sempat terlintas dalam pikirannya untuk memanfaatkan uang itu untuk langsung melunasi hutangnya kepada Pak Hendro. Meski demikian, ia harus menghitung segala sesuatunya dengan matang mengingat ia belum tahu apakah akan memenangkan Pilkades itu. Jika sampai salah langkah, ia khawatir kalau aibnya akan menjadi bumerang di Pilkades nanti.
Saat Bu Eva mengingat akan uang pemberian mantan suaminya, ia pun kembali teringat akan sosok Pak Iwan.
"Astaga...Mas Iwan. Maafkan aku mas!" sesalnya yg malam itu yg tak bisa melampiaskan kerinduannya pada mantan suaminya itu.
"Sedang apakah kau sekarang?Aku membutuhkanmu mas!" keluh Bu Eva dalam hati yg tak tahu bahwa Pak Iwan sedari tadi berada dibalik tembok kamarnya.
Bersambung