Popular Post

Popular Posts

Posted by : cerita kita


 

Part 4

Kuperhatikan hubungan Aryo-Sri hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun Sri tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Sri juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu Lehatara kami.

 

Suatu hari Sri mengajak seorang wanita ke rumah ku,

“Kenalkan ini mama saya.”

Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku.

“Oh ini mas didit, ” ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku.

Wanita cantik berusia tidak sampai 40, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.

“Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Sri sehingga dia unggul di sekolah,” kata wanita cantik ini.

Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut lega.

“Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang,” kataku merendah.

Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Sri dan ibunya mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan menolak.

Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi dan penataan yang apik. Sri hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti.

Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Sri pada usia 16 tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 35 tahun.
Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi.

“Mas didit sering-sering kemari nemani Sri dan mengajarinya, saya tidak bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis yang kini memerlukan perhatian lebih serius.

Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Sri, dan jika aku libur kuliah aku bisa seharian di rumah Sri. Kami bertelajang bulat saja berkeliaran di rumah itu sepanjang hari.

Dari Sri kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku ketahui Sri bahkan sering dilibatkan. Sri pun mengaku dia kerap diminta ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang. Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Sri mengungkapkan bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin malu tapi udah terlambat.

Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung lagi dan rahasia Lehatara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku dan Sri. Aku pun santai saja ngentot Sri di depan ibunya dan pasangan lesbinya.

Mbak Fitri begitu aku menyebut ibunya Sri dan Mbak Leha pasagan lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang Rudal ku yang menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua.

Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan mereka.

Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya berkali-kali.

Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan Sri dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati ruang keluarga. Kami biasa berlalu lalang telanjang di rumah ini. Ada rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong.

Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Leha sedang dijilati Sri dan Mbak Fitri sedang menjilati anak perempuan usia sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Leha, “Ayu” katanya menyalami ku dan aku balas “didit” Kami dalam keadaan telanjang bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, ” lapar ” kata ku.

Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku tetap makan tetapi pelan-pelan Rudal juga bangun. Apa boleh buat ketika aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan sambil dalam keadaan Rudal ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, sulit menutupi keadaan yang sebenarnya.

Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.

Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak Leha meski tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Fitri teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng.

Nah Ayu kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh sekitar 25 lembar.

Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Ayu yang kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu.

“Dit ini ajari anggota baru kita,” kata Mbak Fitri.

Mbak Fitri lalu membimbing Ayu merangkak lalu bersimpuh di depan Rudalku yang ngaceng.

“Coba kamu pegang dan kamu isap Rudal Didit ini.” Ayu sejenak menatapku, aku pun mengangguk.

Dengan gerakan agak ragu Ayu mencekam Rudalku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke Rudal tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Ayu.

Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung Rudalku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala Rudal, itu. Aku memberi respon dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Ayu untuk bertindak agresif sehingga semua batang Rudal dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif.

Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang makin nikmat. ” MIr isap mir” pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Ayu mengetahui tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Ayu mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang Rudalku sampai hampir masuk semua ke mulutnya.

Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.

Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.

Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Ayu mulai mengeluarkan desisan ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Apemnya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.

Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Ayu menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak Apem yang bentuknya montok kayak “mouse” Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras.

Ayu mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.

Tidak sampai 5 menit Ayu berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke Apemnya. Mulutku jadi belepotan cairan Apem Ayu, aku pun sulit bernafas. Apemnya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Tampaknya semua kaget ketika Ayu berteriak saat awal orgasme sampai semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan “Whats wrong”. ”

Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Leha.

Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Ayu. Ku colok jariku ke dalam Apem Ayu. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam Apemnya.

Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Kini Ayu kembali mengerang dan mendesis bergantian . Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Leha dan Mbak Fitri tidak diperdulikan Ayu. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam Apemnya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan denyut Rudalku ketika sedang ejakulasi. Cairan Apemnya meleleh makin banyak. Ayu baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang dialami cewek.

Kini Ayu terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. Kami ternyata jadi tontonan “life Show” ini mulai mereka nikmati ketika Ayu mengerang dengan suara yang cukup keras.

Rudalku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan bukan Apem Ayu. Ujung Rudalku ku else-oleskan dengan carian yang banjir di mulut Apemnya, lalu pelan-pelan kusodokkan menyeruak ke dalam Apem Ayu. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke dalam Apem Ayu.

Sampai pada titik tertentu Rudalku tertahan tidak bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal Rudalku baru masuk setengah jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Ayu. Kalau kiupaksa dengan dorongan kuat, Ayu pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos.

Setelah gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan dengan sedikit menekan dan menegangkan Rudalku aku akhirnya berhasil masuk lebih dalam. Ayu meringis dan di ujung matanya meleleh air mata.

” Sakit Mir” Dia mengangguk.

Aku majukan Rudalku pelan-pelan sampai seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret rasanya sampai kulit Rudalku ikut tertarik seperti kesedot Apemnya Ayu. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik maju makin panjang. Ayu pun mulai melupakan kepedihan Apemmeknya karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan mendesis lagi.

Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati Apem sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain Apem perawan, juga karena cairan Apemnya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek berkulit hitam, Apemnya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15 menit aku pompa Ayu dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan Rudalku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan erangan-erangan seirama sodokkanku.

Tiba-tiba dia seperti orang bersin dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan Ayu. Dia mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik Rudalku dan kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Ayu. Ayu sudah pasrah saja .

BERSAMBUNG.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © CERITA KITA - but you - Powered by cerita kita - Designed by by me -