- Home >
- MANJANYA ADIK SEPUPUKU 7
Part 7.
Mendengar eranganku Devi semakin semangat mengulum, menghisap dan terkadang menjilat Batangku, membuatku merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Satu tanganku memegang kemudi dan satu tanganku memegang kepalanya yang berjilbab itu membantu menaik turunkannya, membuat Batangku semakin cepat keluar masuk dimulutnya. oohh..Dev nikmat sekali Dev oohh..teruss..oohh..eennakk..oohhh..aacchh..oohh.. Semakin cepat kubantu menaik turunkan kepalanya karena aku merasakan sebentar lagi maniku akan keluar. oohh..kocok terus Dev ooh..hisap teruuss..oohhh.. Disaat maniku akan keluar ternyata aku sudah sampai didepan rumahku, kuhentikan mobilku dan langsung kedua tanganku memegang kepalanya Devi kuayunkan pinggulku naik turun mengeluar masukkan Batangku dengan cepat. oohh..kakak mau keluar Dev..oohh..trima mani kakak Dev oohh..telan Dev..oohh.. Semakin cepat kuayun pinggulku karena rasanya maniku sudah mengumpul diujung Batangku siap menembak. ooohhh..Deviiiii… ccccrrrroooot..ccccrrrroooot.. tembakan pertama dan kedua langsung menghantap tenggorokanya membuat Devi sedikit kelabakan tapi tidak lama dia langsung menelannya dan bersiap menampungnya lagi. oohh..terima ini Dev ooohhh..telaann… ccrrooot..ccccrrrroooot..ccccrrrroooot.. Aku menyemburkan maniku kedalam mulutnya dan terus menahan kepalanya agar Batangku tidak terlepas dari mulutnya, mau tak mau membuat Devi harus menelan pejuku yang kurasakan banyak sekali keluarnya. Setelah badai orgasme berhenti dan pejuku sudah tidak ada yang keluar lagi, kulepaskan pegangan tanganku dikepalanya maka terlepaslah Batangku yang mulai terkulai lemas dari mulutnya. Devi bangkit dan menyeka bibirnya yang terkena maniku, tapi dia masih terus saja menunduk dan tidak berani menatapku mungkin dia masih malu terhadapku. Kemudian Aisya keluar untuk membuka gerbang rumahku, disaat Aisya membuka gerbang aku meraih belakag kepala Devi dan kutarik agar mendekat lalu kucium keningnya dan kuucapkan terimakasih, Devi hanya mengangguk dan tersenyum tersipu-silu malu. Setelah gerbang terbuka kumasuk kan mobilku kehalaman rumahku, dan sekalian kuminta Aisya membuka garasi yang hanya bisa dibuka dari dalam. Devi turun dari mobil dan ikut Aisya masuk kerumah, stelah memasukkan mobil kegarasi aku langsung masuk kerumah dari pintu samping yg langsung tembus kegarasi. kemana mereka berdua sepi amat, gumamku dalam hati. Kucari keseluruh ruangan mereka berdua tidak ada, dan baru kutemukan setelah aku membuka pintu kamarku sendiri. Ternyata mereka berdua mau mandi dan saat kubuka pintu Aisya sudah melepas pakaianya digantikan lilitan handuk yg menutupi dadanya sampai diatas lututnya, Devi kulihat belum sempat memakai handuk dan tubuhnya hanya dibalut bh dan cd berwarna hitam ada renda-rendanya, oh..seksi sekali tubuh devi, kulit putih rambut hitam lurus sebahu dan buah dadanya kutaksir 32b mmg terlihat lebih besar dari punya Aisya yang masih 32a. Mereka sempat terkejut saat pintu aku buka, saat melihatku Aisya tenang saja karena kami sudah biasa melihat tubuh kami masing-masing, tapi aku lihat Devi sangat gugup berusaha menutupi tubuh depannya menggunakan baju yang baru dilepasnya. ” eh..kakak kirain siapa, bikin kaget kita-kita aja ” ucap Aisya kepadaku. ” memangnya kalian pikir siapa? kan dirumah ini cuma kita bertiga aja, gak ada yang lain ” jawabku yang terus menatap tubuh Devi yang membuatku terpesona itu, sebenarnya Aisya dan Devi sama-sama cantik tubuhnyapun seksi semua cm yang beda dan bikin aku cukup penasaran dari Devi buah dadanya yang terlihat lebih besar. ” ya udah dech kalo gitu Aisya mau mandi dulu ya? ” Aisya berjalan kekamar mandi yang ada didalam kamarku, tapi sebelum masuk kamar mandi dan masih didepan pintu Aisya menoleh kepadaku. ” selama Aisya mandi kakak jangan nakalin teman Aisya ya?, awas kalo kakak nakalin duluan! ” ancam Aisya kepadaku, dan langsung berlari masuk kamar mandi kemudian menutup pintunya karena melihatku akan mengejarnya. Kini tinggal aku dan Devi yang berada dikamarku, kulihat Devi menundukkan wajahnya dan terlihat sangat gugup. Perlahan kudekati Devi, kuraih pingganya dan kupeluk tubuhnya. Devi tampak terkejut tapi tidak menolak saat kupeluk erat tubuhnya, kulihat bibir tipis kemerahan milik Devi itu membuatku ingin segera melumatnya dan merasakan manisnya. ” Dev boleh kakak bertanya? ” ” boleh, tanya apa kak? ” jawab Devi sedikit gugup. ” mm..kamu sudah pernah ciuman belum? ” ” b..b..belum kak ” jawab Devi sedikit gagap, mungkin karena wajah kami sangat dekat sekali membuat Devi gugup. ” boleh kakak mencium bibirmu dev? ” Devi hanya mengangguk pelan, itu jawaban yang membuatku sangat senang sekali karena itu tandanya 2x aku akan menjadi ciuman pertama untuk 2 gadis belia. Yang pertama tentu saja Aisya dan yang kedua sebentar lagi Devi, tangan kiriku tetap kugunakan untuk memeluk pinggangnya dan tangan kananku mengangkat dagunya karena dari tadi Devi masih menunduk. Terlebih dahulu kukecup keningnya dan juga kedua pipinya yang terasa lembut dibibirku, kemudian kudekatkan bibirku menyentuh bibirnya yang sedikit terbuka. kutempelkan saja dan sedikit mengecap bibirnya merasakan rasa manis yang kurasa seperti rasa anggur dan menghirup nafasnya yang harum, kulepas kecupanku dan kupandangi bibir merekah itu yang seolah mengatakan ” kecup aku lagi aku belum puas “. Aku kecup lagi bibirnya untuk yang kedua kali tapi sekarang aku melumatnya, Devi hanya diam saja menerima lumatanku dibibirnya. Mungkin dia belum tau cara berciuman dan bagaimana membalasnya, tak lama kemudian dia mengikuti dan membalas lumatanku. Terjadilah saling lumat bibir antara kami, diantara lumatan bibir yang semakin bergairah aku menjulurkan lidahku kedalam mulutnya mempermainkan lidahnya dan menghisap liurnya yang terasa manis dilidahku. Terkadang aku mengumpulkan liurku dan kudorong masuk kedalam mulutnya dan Devipun menerimanya dan meneguknya, kami lakukan itu berulang-ulang, saling lumat saling belit lidah dan bertukar air liur. Sekitar 10menit kami melakukan freskiss yang dahsyat dan aku pun menyudahinya, melepaskan tautan bibir kami karena kami seperti mau kehabisan nafas dan saat bibir kami terlepas jatung kami memburu dan nafas kami ngos-ngosan kehabisan udara. Kulihat wajah Devi merah merona menahan birahi yang mulai memuncak, kukecup keningnya dan juga kukecup bibirnya sebentar. kuputuskan sekarang menyudahi sampai disini dulu karena aku pikir malam ini masih banyak waktu untuk melanjutkannya, Sekarang waktunya bagi kami untuk bersih-bersih diri dulu nanti kalo sudah bersantai baru dilanjutkan. Karena aku tidak ingin terburu-buru memuaskan 2 gadis belia ini selain itu aku ingin Devi tidak terlalu kesakitan saat aku memerawaninya nanti dan menjadikannya trauma, aku ingin dia menikmatinya dan ml yang pertama ini membuat dia berkesan. Aku mengambil handuk juga pakaian ganti dan langsung keluar kamar, aku mau mandi dikamar ortuku saja karena dikamarku sudah dibuat mandi secara bergantian Aisya dan Devi. Setelah selesai mandi aku menuju dapur untuk membuat minuman kesukaanku kopi kapucino late, aku bawa keruang tengah karena ingin bersantai sambil menonton tv. Aku sengaja duduk disofa yang biasa ortuku duduki saat menonton tv, karena lebih nyaman kalau sambil meminum kopi. Aisya dan Devi belum terlihat keluar kamar, entah apa yang mereka lakukan atau yang mereka rencanakan, ah..sudahlah nanti juga keluar sendiri. Kusulut rokok kegemaranku ditemani secangkir kapucino late sungguh nikmatnya, dan selalu kebiasaan inilah yang aku lakukan untuk melepas penat karena seharian beraktifitas. Tak lama kemudian Devi keluar kamar, dia menggunakan kaos panjang dan juga celana training panjang beserta jilbab yang menutupi kepalanya. hmm..sungguh cantik sekali penampilan Devi menggunakan baju santai dan juga jilbab berbahan kaos yang terlihat santai, Devi tersenyum kepadaku dan kubalas senyumnya yang manis itu saat dia mau duduk disofa yang aku duduki. Kami menonton tv berdua saja karena Aisya belum keluar dari kamar, kami menonton dalam diam karena diantara kami tidak ada yang memulai pembicaraan. entah kenapa aku merasa canggung dan mungkin Devi pun demikian, sampai akhirnya Aisya keluar kamar dan menghampiri kami. Kulihat Aisya memakai daster tanpa lengan dan panjangnya diatas lutut, baju tidur yang biasa dipakainya yang sering bikin aku gregetan. Aisya tanpa bicara duduk dipangkuanku dan menghadapku tanpa basa-basi langsung melumat bibirku, membuatku sedikit gelagapan. ” ih..adek main sosor aja, gak sabaran banget! ” ” adek sudah horny dari tadi kak ” jawab Aisya yang terus mengecupi bibirku. ” tapi kan masih ada Devi dek? ” ucapku karena memang aku sebenarnya tidak biasa bermesraan dilihat orang. ” tidak apa-apa kak, nanti Devi juga minta diajAisya sama kakak ” ” baiklah kalo itu yang kalian inginkan ” Aku langsung membalas lumatan bibir Aisya dan tanganku kugunakan untuk meremas pantatnya yang tonggeng itu yang ternyata sudah tidak memakai cd, Devi tampak tegang dan kulihat sering melirik aku dan Aisya yang melakukan freskiss dengan wajah merah merona. Aisya melepaskan tautan bibir kami langsung turun dari pangkuanku dan berjongkok dihadapanku, Aisya membuka celana yang kupakai diloloskannya hingga terlepas dari kakiku membuat Batangku langsung mencuat berdiri tegak menodong tepat didepan wajah Aisya, tanpa basa-basi lagi Aisya langsung mengocok Batangku dan memasukkan kedalam mulutnya. dikulumnya Batangku, dihisap dijilat dan dikeluar masukkan kedalam mulutnya yang merah dan mungil itu. oohh..dek..oohh..ennaakk..oohh.. Kupegang kepalanya dan kubantu menaik turunkan kepalanya, membuatku semakin kenikmatan. Tidak lama kemudian Aisya menyudahi kulumannya, membuatku sedikit kecewa karena tidak biasanya Aisya hanya sebentar melakukan bj. ” kak langsung saja ya? adek sudah tidak tahan lagi ” ucap Aisya dan tanpa menunggu jawabanku dia sudah naik kepangkuanku, aku langsung menyambutnya dengan lumatan dibibirnya. Kusingkap dasternya keatas dan Aisya memegang Batangku diarahkanyanya keApemnya, menggesekkan sebentar kepala Batangku yang kurasakan sudah basah sekali. Ditekannya pantatnya kebawah membuat Batangku mulai membelah bibir Apemnya, sampai setengah Batangku memasuki lubang yang masih terasa sempit menjepit, diangkatnya lagi pantatnya menjadikan hanya kepala Batangku yang ada didalam dan menekanya lagi sampai mentok Batangku masuk dengan sempurna. ooohh..kak..ooohh..eenak..aacchh.. Saat proses penetrasi itu terjadi aku lihat Devi mendekat dan terus memperhatikan Batangku yang memasuki Apemnya Aisya, mungkin karena penasaran ingin melihat bagaimana Batang memasuki Apem sehingga Devi mencondongkan tubuhnya semakin mendekan dan matanya tidak berkedip menatap kearah Batangku dan Apem Aisya yang menyatu. Saat pandangan kami bertemu wajahnya semakin merona merah seperti kepiting rebus, dan buru-buru kembali keposisinya duduk. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya Devi yang terlihat penasaran tapi juga malu mengakuinya. Aisya mulai menaik turunkan pantatnya membuat Batangku keluar masuk menggesek dinding Apemnya yang licin dan menjepit sangat erat. Menggenjot naik turun dengan konstan, kadang sedikit mengangkat pantatnya membuat Batangku sedikit saja yang keluar dan menggenjot dengan cepat, terkadang mengangkat pantatnya lebih tinggi sampai hanya kepala Batang saja yang berada didalam dan menggenjot turun dengan kuat tp secara pelan. Tak butuh lama tubuh Aisya menegang dan d Apemnya menghisap kuat Batangku, dengan satu genjotan kuat dari dalam Apemnya menyembur sangat kuat cairan yang menghantam Batangku berkali-kali. Tubuh Aisya lemas memelukku, setelah nafasnya teratur dia menciumi seluruh wajahku seolah mengucapkan rasa terimakasih karena telah menghantarkanya pada kenikmatan yang luar biasa. ” kak terusin sama Devi ya? adek lemes sekali, sudah tidak kuat rasanya ” Setelah mengecup keningku Aisya beranjak dari pangkuanku membuat Batangku yang masih tegak berdiri tercabut dari Apemnya, Batangku terlihat sangat basah terkena cairan yang keluar dari Apem Aisya yang cukup banyak tadi, setelah membisikkan sesuatu kepada Devi dan entah apa itu tapi aku lihat membuat Devi tersenyum penuh arti Aisya kemudian berjalan menuju kearah kamarku. Kini tinggallah aku dan Devi yang berada diruang tv, kulepas kaosku sehingga kini aku sudah telanjang bulat. Pandangan Devi fokus menonton tv seolah dia cuek akan keberadaanku, tanpa menunggu lama lagi aku langsung menerkamnya. Kutindih tubuhnya membuat Devi rebah disofa, kupandangi sebentar wajah cantiknya dan kumulai dengan menciumi seluruh wajahnya dan berakhir dengan melumat bibirnya terjadilah freskiss kembali diantara kami. Aku mulai meraba buah dadanya yang sangat kenyal kurasakan, dan mulai kuremas-remas kiri kanan secara bersamaan membuat Devi semakin bergairah melumat bibirku. Kuminta Devi melepas kaosnya tanpa melepas jilbabnya dan kubantu melepas kaitan bhnya yang ada dibelakang, oohh..indah sekali buah dadanya lebih montok dari punya Aisya tapi puting yang berwarna pink itu terlihat mungil sekali.
BERSAMBUNG.