- Home >
- Anak tetanggaku 5
Part 5
Dia lemas abis, terkulai seperti tidak
bertulang.
Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Ayu,
Dia tertidur pulas di kursi itu.
Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya satu-satunya
pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang dua lagi nggak
tertarik ama Rudal.
” aku heran kok bisa begitu ya, padahal mereka juga menggunakan dildo.”
Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir copot.
Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena “sex party” 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan, cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada yang tahu kecuali aku sendiri.
Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini.
Suasana di rumah Mbak Fitri tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak Fitri adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos berasal dari kota jauh dari Jakarta.
Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya adalah jodohnya.
Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang tuanya.
Ketika di rumah mbak Fitri mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling menyayangi satu sama lain.
Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Sri dan Ayu akhirnya pindah ke rumah ku dan Mbak Fitri dan Mbak Leha menutup diri di kamarnya.
Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.
Evi dan Adam begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada rasa bersalah, Evi si kembar cewek berkilah,
“Aku menyayangi Adam mas.”.
“Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu”
Untuk lebih meyakinkan mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku.
Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja.
Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau
satu sama lain saling meraba. Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka.
Awalnya aku ajari meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil
berciuman. Setelah mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang.
Kubimbing tangan Adam masuk ke dalam celana dalam Evi sampai menemukan Apemnya
dan Evi pun aku bimbing tangannya memasuki celana Adam untuk menggenggam batang
milik Adam.
Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Adam tiba-tiba protes,
” Mas Evi pipis nih tangan saya jadi basah.”
Evi protes.
“enggak kok, Evi enggak pipis.”
Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Evi terangsang dan Apemnya mulai basah.
Aku menjelaskan bahwa Evi memang benar tidak pipis. Bawuknya basah karena dipegang-pegang Adam.
” Itu normal, dan tandanya Evia senang dan menikmati. ” Ya kan Vick)” Evi mengangguk malu.
Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan bertelanjang bulat. Evi keberatan dan agak protes, mereka malu kalau harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan diriku.
Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan. Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Evi kuarahkan agar melakukan gerakan mengocok Rudal Adam dan tangan Adam kuarahkan agar jari tengahnya menyelip ke dalam belahan Apem Evi.
Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya .
Adam aku arahkan agar mencium kedua puting Evi yang belum tumbuh karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Evi makin terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski tertahan dan pelan. Sedang dAdam pun makin agresif mengisap pentil Evi yang rupanya juga mulai mengeras.
Adam kuarahkan agar tidur telentang dan Evi duduk disampingnya. Evia kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Adam yang telah tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Adam Rudalnya telah disunat. Kocokan Evi makin kencang sampai akhirnya Adam mengerang. Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Evi kuminta mengSritikan aktifitasnya karena Rudal Adam jadi terasa ngilu.
” Enak oom,” terimakasih ya. Adam tersenyum puas.
“sekarang giliran kamu memuaskan Evi” perintahku.
“Gimana mas caranya,”.
Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Evi. Begitu jari tengah Adam menyentuh itil Evi, dia menggelinjang dan terkejut. Adam pun bingung, “Kenapa Vick,” tanya Adam.
“Geli,” katanya.
Kuarahkan agar Adam memperlakukan itil Evi secara halus dan jangan ditekan kuat-kuat. Adam dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya.
Aku menyalakan lampu dan Adam tidak protes malah dia senang. Aku tunjukkan dimana letak clit Evi dan bagaimana memperlakukannya.
Adam akhirnya mulai mahir memainkan clit Evi sampai sekitar 10 menit Evi meregang dan aku perintahkan tangan Adam mendekap Apem Evi.
” Mas Apem Evi kok berkedut-kedut,” ujar Adam.
“Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut,” jeasku.
Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka
kuasarankan untuk membersihkan diri.
Adam dan Evi makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan makin
terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan mereka. “Emang
ada yang lebih enak lagi mas,” tanya Evi.
“Ada dong,”
Ajari lagi dong, sekarang dong mas,” kata Adam.
Kusarnakan mereka membersihakan Apemnya dan menyabuninya sampai terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya.
“Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan,” perintahku.
Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Adam mulai pintar menciumi bagian-bagian tubuh Evi. Demikian juga Evi mulai pandai merangsang genital Adam. Sampai titik rangsangan tertentu mereka kuminta berhenti. Kuperintahkan Adam tidur telentang dan batangnya sudah menegang keras sekali, Evi kuminta mencium batang Rudal Adam.
” Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas,”
protes Evi.
“Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak,” ujar ku.
Evi mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun.
BERSAMBUNG.