- Home >
- TEMAN SUAMIKU 2
PART 2.
Aku segera membuka kedua belah pahaku
lebar-lebar. "Yan.." aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa.
Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, Adi berbisik,
"Sstt.. kamu diam saja, nikmati saja!" katanya sambil dengan kedua
tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya
karena ranjangnya tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi
akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar saja, aku
merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan kemaluanku. Tidak
langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di
seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluanku terasa
monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kemaluannya. Tetapi
pengaruh yang lebih besar ialah aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar
bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan itu.
Beberapa saat Adi melakukan itu, cukup untuk
membuat tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku
benar-benar menanti puncak permainannya. Adi menghentikan aktivitasnya itu dan
menempelkan kepala kemaluannya tepat di antara bibir kemaluanku dan terasa
bagiku tepat di ambang lubang kemaluanku. Aku benar-benar menanti tusukannya.
Oh.. God.. please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain
dalam kondisiku itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat
cuma Adi dan barangnya yang besar panjang. Ada rasa takut, ada pula rasa ingin
cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos barang yang lebih besar, lebih
panjang, "Ooouugghh," tak sabar aku menunggunya. Tiba-tiba aku
merasakan sepasang jemari membuka ke kiri dan ke kanan bibir-bibir kemaluanku.
Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda tumpul dari daging mendesak di
tengah-tengah bentangan bibir itu. Aku mulai sedikit panik karena tidak mengira
akan sejauh ini tetapi tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku
sendiri yang memulainya tadi dan juga aku sangat mengaguminya.
Perlahan-lahan Adi mulai memasukkan penisnya ke
vaginaku. Aku berusaha membantu dengan membuka bibir vaginaku lebar-lebar.
Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang
vaginaku yang kecil. Tangan Adi yang satu memegang pinggulku sambil menariknya
ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan
tangannya yang satu memegang batang penisnya yang diarahkan masuk ke dalam
vagina. Pada saat Adi mulai menekan penisnya, aku menjerit tertahan,
"Aduuhh.. sakiitt.. Yann.., pelan-pelan.. doong." Adi agak
menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil
nafas, kemudian Adi melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan penisnya.
Sementara itu batang kemaluan Adi mulai mendesak masuk dengan mantap. Sedikit
demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam liang kemaluanku. Aku
benar-benar tergial ketika merasakan kepala kemaluannya mulai melalui liang
kemaluanku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya. Aku hanya
mengangkang merasakan desakan pinggul Adi sambil membuka pahaku lebih lebar
lagi.
Aku mulai merasakan perasaan penuh di kemaluanku
dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam
liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Adi ketika seluruh batang itu
amblas masuk. Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa
masuk seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja
rasanya agak susah. Sesaat keherananku yang sama muncul ketika melihat film
biru dimana adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak
naik-turun dengan cepat. Padahal ketika seluruh batang kemaluannya yang besar
itu masuk, bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Sedikit demi sedikit aku
mulai merasa nyaman. Saat itu seluruh batang kemaluan Adi telah amblas masuk
seluruhnya di dalam liang kemaluanku. Tanpa sengaja aku terkejang seperti
menahan kencing sehingga akibatnya seperti meremas batang kemaluan Adi. Aku
agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat kejantanan Adi itu menerobos ke
dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena
alat kejantanan itu merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang
pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan
tetapi lebih disebabkan aku merasakan alat kejantanan Adi memang terasa lebih
istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun
ketegangannya.
Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan
hubungan seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini
membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang
laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita.
Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi
dan menjepit pinggang Adi erat-erat untuk selanjutnya aku mulai
mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Adi. Saat itu
kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya
yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Adi menarik
kemaluannya dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya
lagi dengan kuat. Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang
disiramkannya secara tiba-tiba itu.
Begitulah beberapa kali Adi melakukan
hujaman-hujaman ke dalam liang terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti
menyiramkan rasa nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan
semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang
kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluan Adi yang
seperti akar-akar yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersenggama
semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Adi seperti menemukan sebuah
irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat. Tapi anehnya justru
bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya.
Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan
yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin
membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu
kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama
semakin cepat.
Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah
suamiku. Kudapati suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku
disetubuhi oleh Adi. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di
hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Adi
sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru. Keadaan
ini tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu
bukan saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Adi,
akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat
melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku. Suamiku menghendakiku berhubungan
seks dengan laki-laki lain dan malam ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga
malam ini aku bukan seperti aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi
karena dalam tubuhku telah hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku.
Setelah agak beberapa lama kami bergumul
tiba-tiba Adi menghentikan gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya yang
masih berdiri dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami
ejakulasi dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri belum
merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah dalam
rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya masih
sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Adi menghentikan persetubuhannya karena
dia meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks tersebut.
Kini dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri. Suamiku
dengan segera menggantikan Adi dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat.
Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga
sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan
tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan
kudapatkan bersama Adi, maka ketika suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke
dalam liang kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa
hambar. Kurasakan otot-otot liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya
menjepit alat kejantanan itu sebagaimana ketika alat kejantanan Adi yang
berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar liang senggamaku.
Alat kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang
senggamaku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa
lagi dalam liang senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda
yang lebih besar.
Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh
minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada
dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam
beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu
kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat.
Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku
secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang
kewanitaanku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh
permukaan kemaluan sampai ke sela pahaku basah kuyub dengan cairan sperma
suamiku. Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi
terhempas kelelahan di sampingku.
Sementara itu aku masih dalam keadaan liar. Bagaikan
seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum
sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi oleh Adi.
Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat kejantanan suamiku
itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera tegang kembali. Akan
tetapi setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak membawa hasil. Alat
kejantanan suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar
kewalahan dan membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya
tanpa ampun suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama
sekali.
Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam
keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang
menyatu dengan kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang
melumuri tubuhku. Kemudian tiba-tiba Adi yang masih dalam keadaan bertelanjang
bulat langsung memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku
secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang
aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Adi
menyetubuhi diriku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku
telah mencapai puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami
puncak ejakulasi, Adi menarik alat kejantanannya dari liang senggamaku, seluruh
tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan liang kenikmatanku berdenyut
agak aneh dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali kulukiskan dan
belum pernah kualami selama ini. Aku kini tidak dapat tidur walaupun barusan
aku telah mengalami orgasme bersama Adi.
BERSAMBUNG.
TEMAN SUAMIKU
PART 3
Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Adi yang
masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dari tempat tidur
dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan
didorong oleh suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Adi ke kamar
sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh
masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang
sedang berbulan madu. Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam
suatu suasana yang mirip pada saat aku mengalami malam pengantinku yang
pertama. Sambil mendekap diriku Adi terus-menerus menciumiku sehingga aku
kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Dan tidak lama kemudian
tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan
yang dahsyat.
Tidak berapa lama kemudian Adi membalikkan
tubuhku sehingga kini aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan
kuraih alat kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian
kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Adi dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik
di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan
semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu Adi dengan
tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu
ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan
semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Adi dan nafasku
pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh
laki-laki yang berada di bawahku.
Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik
kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai
menelungkup di atas tubuh Adi. Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas
tubuh Adi, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian
dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat
tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah
basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Adi
mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah
liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut ke
tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika alat
kejantanan Adi mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat
gerakan mundur-maju dalam liang senggamaku.
Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan
pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya alat kejantanan Adi yang
semakin lama semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku.Aku merasakan betapa
liang kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat
kejantanan Adi yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta
melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama pertarungan itu
beberapa kali aku terpekik agak keras karena kemaluan Adi tegar dan perkasa itu
menghujam lubang kemaluanku.
Akhirnya kulihat Adi tiba juga pada puncaknya.
Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya
secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam
waktu yang amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya
sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya
terhisap dalam tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas
kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami
tergolek, alat kejantanan Adi masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun
memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan
benda tersebut dari dalam tubuhku.
Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan
lelah, Adi mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera
kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu
adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Sementara itu tangannya dengan
halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan
cinta kasihnya kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah
kami muncul kembali. Kulihat alat kejantanan Adi mulai kembali menegang tegak
sehingga secara serta merta Adi segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya
lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali.Berlainan dengan
suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam
suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu
gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami
menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam
suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang
melakukan kewajibannya.
Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala
kepasrahan melayani Adi sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan
ini berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali
puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar-benar kelelahan dan
langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam
suatu kepuasan yang dalam.
Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku tidak
mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi
soal itu. Namun apa yang kurasakan bersama suamiku secara kualitas kurasakan
tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Adi. Kuakui malam itu Adi memang
hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu
tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu
kepuasan seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama
suamiku selama ini. Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Adi masih tetap
saja kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan baik
melakukan tugasnya keluar-masuk liang kewanitaanku dengan tegar hingga
membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak
putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme
dengan berkali-kali namun alat kejantanan Adi masih tetap tegar bertahan.
Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan hubungan seks dengan
suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak
orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara
bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga secara terus terang setelah hubungan
kami yang pertama di malam itu kami masih tetap berhubungan tanpa sepengetahuan
suamiku.
Awalnya di suatu pagi Adi berkunjung ke rumahku
pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat
itu dia minta tolong kepadaku untuk menyalurkan kebutuhan seksnya. Mulanya aku
ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi anehnya aku tidak kuasa untuk
menolak permintaan tersebut. Sehingga kubiarkan saja dia melepaskan hasrat
birahinya. Hubungan itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan
lain tersendiri. Ketika kami berhubungan seks secara terburu-buru di suatu
ruangan terbuka kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat
menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Adi semakin berlanjut.
Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Adi sering membuat suatu pertemuan
sendiri di luar rumah. Melakukan hubungan seks yang liar di luar rumah, baik di
kamar cottage ataupun di kamar hotel, bahkan di rumahku ketika suamiku tidak
ada di rumah. Kami saling mengisi kebutuhan jasmani masing-masing dalam
adegan-adegan sebagaimana yang pernah kami lakukan di kamar tidurku di malam
itu, dan sudah barang tentu perbedaannya kali ini adegan-adegan tersebut kini
kami lakukan tanpa dihadiri dan tanpa diketahui oleh suamiku.
Sebagai wanita yang sehat dan normal, aku tidak
menyangkal bahwa berkat anjuran suamiku malam itu aku telah mendapatkan makna
lain dari kenikmatan hubungan seksual yang hakiki walaupun hal itu pada
akhirnya kuperoleh dari mantan pacarku, mungkin aku agak menyesal kenapa dulu
tidak melanjutkan hubunganku dengan Adi yang mungkin masih dapat bersatu lagi
kalau saja aku tidak merasa gengsi untuk kembali padanya walaupun ada
kesempatan setelah dia putus dengan pacarnya. Tapi akhirnya aku dapat
melanjutkannya sekarang, memang kalau sudah jodoh tak akan lari kemana.
TAMAT