- Home >
- TEMAN SUAMIKU 1
PART 1.
Namaku Fitri, aku sudah menikah kira-kira 20 tahun. Saat ini
berprofesi sebagai ibu rumah tangga, meskipun sempat kuliah di sebuah perguruan
tinggi. Sedikit gambaran fisik tentang diriku, umur saat ini 25 tahun, berkulit
putih, berambut lurus sepundak, dengan payudara yang sekal, tinggi 155 cm,
berat 45 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya
serasi dengan bentuk badan dan kedua bongkahan pantatku yang indah. Secara
umum, cukup seksi.
Telah lama suamiku mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks threesome
atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain. Biasanya, sebelum bercinta,
dia selalu mengawalinya dengan fantasinya. Fantasi yang paling merangsang bagi
suamiku, adalah membayangkan aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain
dengan kehadiran suamiku. Sekedar informasi, aku memang mempunyai gairah seks
yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, suamiku biasanya cuma sanggup
ejakulasi satu kali, belum lagi ukuran penisnya yang pas-pasan. Setelah
ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisnya bisa ereksi lagi,
umumnya dia merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan
yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika aku minta agar bisa mencapai
orgasme berikutnya, paling banter dia melakukannya dengan tangan, atau membantu
bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini aku berusaha untuk
bisa merasa puas dengan cara tersebut.
Setelah sekian lama dia mempunyai fantasi tersebut, suatu hari dia bertanya
bahwa apakah aku mau merealisasikan fantasi tersebut. Pada awalnya aku kira dia
cuma bercanda. Namun dia selalu mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya
apakah dia serius. Dia jawab, "Ya aku serius!" Terus aku tanya lagi
bahwa apakah nanti dia masih akan tetap sayang sama aku, dia jawab "Ya!
aku akan tetap menyayangimu sepenuh hati, sama seperti sekarang." Kemudian
dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan
mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika
mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri
bagi dirinya. Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku.
Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan dalam
hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak
birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila malamnya kami
melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna.
Oleh karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat
itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan
kepuasan dalam hubungan suami istri.
Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum kami berhubungan
badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat
tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku
rasakan semakin meluap-luap. Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan
hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk
dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus
membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya. Apabila aku
menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut. Gairah seks-nya pun
semakin bertambah turun. Aku berpikir bahwa aku harus membantu suamiku walaupun
merasa tidak enak. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya
sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau
melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.
"Aku telah mengundang Adi untuk makan malam di sini malam ini," kata
suamiku di suatu hari Sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku
itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya
bersama dia, karena Adi adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh
suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk diriku dalam
melaksanakan fantasi seksual-nya. Memang selama ini sudah ada beberapa nama
kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang
dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah Adi.
Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran dari
suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang baik
untuk itu.
Adi adalah salah seorang mantanku semasa SMA dan suamiku pun kenal baik dengan
dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Adi tidak mengecewakan.
Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku. Walaupun Adi
adalah mantanku tetapi selama kami berpacaran dulu Adi sama sekali tidak pernah
menyentuhku, memang dulu kami tidak memiliki waktu luang untuk pacaran karena
kami pacaran ketika menjelang EBTANAS, dan setelah itu sibuk masing masing
untuk persiapan masuk universitas, kemudian putus. Ketika Adi datang, aku
sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak seksi sebagaimana anjuran
suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati
gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk
lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk
dua buah bukit daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin
akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan
bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan
seimbang. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan berisi.
Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang
lembut namun terasa kenyal. Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih
tanpa adanya cacat keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya
menjadi sangat sempurna.
Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang timbul
naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh sebab itu aku
berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang sedemikian terhadap
laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan
selera kaum pria.
Setelah makan malam suamiku dan Adi duduk mengobrol di taman belakang rumahku
dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir. Tidak berapa lama aku
pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami
bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah
kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah
menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik
kepadaku. "Aku telah bicara dengan Adi mengenai rencana kita. Dia setuju
dan malam ini dia akan menginap di sini. Tapi walaupun demikian kau tidak perlu
memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengannya apabila memang suasana
hatimu memang belum berkenan, kuserahkan keputusan itu sepenuhnya
kepadamu!" bisik suamiku selanjutnya. Mendengar bisikan suamiku itu aku
diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa
sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku
itu.
Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan
laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa istrinya telah
dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh istrinya yang
sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain. Tidak berapa
lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara
demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah
dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar,
baik suamiku maupun Adi agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka
segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku,
"Ayo..!" kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat
yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur. Setelah lama
terdiam akhirnya suamiku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan
melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh payudaraku dari luar daster.
Mendapat tindakan demikian Adi mulai mengelus-elus pahaku yang telah terbuka,
karena dasterku telah terangkat ke atas.
Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas
tempat tidur. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh
seorang laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju
tidur nylon yang tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berusaha
tetap tenang agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik.Kemudian Adi
menarik tanganku dan meletakkannya di atas pangkuannya. Sementara itu bibirnya
mulai menyusur leher dan belakang telingaku (bagian yang paling sensitif
bagiku). Setelah itu suamiku berbisik di telingaku, inilah saat untuk
merealisasikan fantasi kita. Sekarang Adi mulai mengambil alih permainan
selanjutnya. Aku langsung ditariknya, pelukannya dan tangannya yang satu
langsung mendekap payudaraku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu
mengelus-elus punggungku sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Adi
yang berada di payudaraku disisipkan pada belahan daster yang terbuka dan mulai
memelintir dengan halus ujung putingku yang telah mengeras.
Adi mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang. Jemarinya mulai
meremas-remas payudaraku dan memilin-milin putingnya. Saat itu separuh tubuhku
masih belum total terhanyut tetapi ternyata Adi jagoan juga dan dalam waktu
mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak
bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya. Kini Adi
berusaha membuka baju tidurku belum selesai berpikir beberapa saat kemudian aku
merasakan tarikan lembut di pahaku dan merasakan hawa dingin AC di kulit pahaku
yang berarti celana dalamku telah dilepas. Adi menelanjangi diriku dengan
seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada
lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku.
Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur
gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri.
Kemudian dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang
telah berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan
betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat
di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku
merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Adi. Secara
reflek, dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kemaluan Adi yang telah
tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Adi terlihat menggembung besar.
Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Adi ini. Kemudian Adi menarik tanganku
ke arah resluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku
memegang kemaluan Adi yang telah tegang itu. Aku langsung tersentak ketika
terpegang senjata Adi yang tampaknya besar itu.
Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia
menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh
laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya
membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Adi
di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan
arus birahi yang belum pernah kurasakan selama ini. Setelah beberapa saat
mengelusnya, kemudian Adi berdiri di hadapanku dan membuka celananya sehingga
kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan
dan sekarang dengan jelas terlihat. Kini Adi berada dalam keadaan bertelanjang
bulat. Sehingga aku dapat menyaksikan ukuran alat kejantanan Adi yang telah
menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran
alat kejantanan suamiku yang mungkin cuma setengahnya. Bentuknya pun agak
berlainan.
Aku sangat terkejut melihat kemaluan Adi yang sangat besar
dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu yang sepertinya hanya ada di
film-film BF saja. Batang penisnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi
oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar,
panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan
rambut keriting yang lebat. Kulitnya agak tebal, terus ada urat besar di sisi
kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di dalam kulitnya. Kepala
batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh dan agak berkerut-kerut. Garis
lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kemaluannya. Kemudian dia
menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Sesaat aku menoleh
ke arah suamiku, aku tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya
juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang,
karena tidak enak hati pada Adi yang telah bersedia memenuhi keinginan kami
itu.
Secara reflek aku segera menggenggam alat
kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku memegangnya
perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran
genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran batangnya. Aku tidak pernah
membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang
laki-laki lain di hadapan suamiku. Dengan penuh keragu-raguan aku melirik
kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati bagian dari
adegan itu tanpa memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap
habis-habisan oleh seorang laki-laki lain, yang juga merupakan bekas pacarku.
Dalam hatiku tiba-tiba muncul perasaan geram terhadap suamiku, sehingga dengan
demonstratif kuraih alat kejantanan Adi itu ke dalam mulutku menjilati seluruh
permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.
Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan
nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.
Kuluman dan hisapanku itu membuat alat kejantanan Adi yang memang telah
berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat
kejantanan Adi yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam
aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu menimbulkan
suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi
liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin
menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara
bertubi-tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Adi
tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang
di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekat dan pasrah untuk melayaninya.
BERSAMBUNG.