Popular Post

Popular Posts

Posted by : cerita kita

 


Aqu Saldy, usia 40 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah desa yang memang agak sedikit ramai bila siang hari tepatnya di wilayah jawa barat
Akan tetapi dgn penghasiilanku yg lumayan aqu dapat membuat rumahku yg mungiil menjadi tampak iindah dan asrii. Boleh dibiilang rumahku merupakan rumah teriindah di sekitarnya .

Aqu menempatii rumah ini sejak 15 tahun yg lalu, dan sekarang tiinggal dgn Dinda, iisteriiku. Dinda adalah seorang perempuan yg cantiik dan penuh perhatian, sekiilas enggak ada yg kurang dariinya. Dia adalah seorang ibu rumah tangga serta mengurus anak2 kesehariannya.
Kehiidupan perkawiinanku yg selama ini kuanggap bahagia iitu ternyata semu belaka. Sialnya, hal iitu disebabkan sepertii kata pepatah ”Rumput tetangga selalu lebiih hiijau”.

Aqu mempunyai tetangga, sepasang swami iisterii dgn dua anak yg masiihsekolah . Swaminya seorang sopir dan iisteriinya iibu rumah tangga. Pada awalnya aqu enggak terlalu pedulii dgn kehadiran tetanggaku iitu, meskipun sewaktu mereka datang ke rumah aqu sedikiit terpukau dgn sang iisterii yg punya tubuh seksii dan montok. Pada saat iitu aqu merasa keterpukauanku hanyalah hal yg biasa.

Akan tetapi waktu berkata lain. Ternyata setelah beriinteraksii dgn Fitri, begiitu nama tetanggaqu yg montok iitu, aqu mulai merasa ada daya tariik yg muncul darii perempuan iitu. Ada beberapa kelebiihan yg dimiiliikii Fitri akan tetapi dimiiliikii juga oleh iisteriiku,namun karena penasaranlah yang membuat aku terobsesi

Pertama tentu saja tubuh-nya yg montok, dgn dada yg menjulang dan bokong yg besar nan padat. Meskipun Dinda juga seksii, akan tetapi ukuran buah dadanya cuma 36 B. Kalo Fitri kutaksiir mungkiin sama antara 36 B atau 36 C. Apalagii bokongnya yg bahenol iitu tak kalah merangsang dibanding bokong”IInul”, membuat lelaki penasaran untuk meremasnya.

Kedua, wajah Fitri yg sensual. Kalo urusan cantiik, pastii aqu piiliih Dinda, akan tetapi sewaktu aqu meliihat wajah Fitri, maka aqu membaygkan biintang fiilm biiru. Mungkiin pengaruh darii biibiirnya yg agak tebal dan matanya yg nakal. Setiap kuliihat biibiir iitu berbiicara, iingiin rasanya aqu merasakan ciiuman dan kulumannya yg membara.
Ketiiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian dalemnya. Pertama kalii aqu meliihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka, aqu langsung tertariik pada pakaian dalem Fitri yg dijemur. Model dan warnanya beraneka macam, mulai darii celana dalem warna hiitam, biiru, merah, hiijau sampe yg transparan.

Modelnya mulai darii yg biasa-biasa saja sampe model G-striing. Motiifnya darii yg polos sampe yg bermotiif bunga, polkadot, gambar lucu sampe ada yg bergambar biibiir. Wah.. Dinda enggak suka sepertii iitu, menurutnya kampungan dan sepertii pelacur jalanan. Padahal sebagai laki laki kadang kiita iingiin sekalii bermain seks dgn Liar.

Tiiga hal iitulah yg membuat aqu selalu menyempatkan untuk curii-curii pandang pada Fitri dan tak lupa meliihat jemuran pakaiannya untuk meliihat koleksii pakaian dalemnya yg “jalang” iitu.

Suatu harii, sepulang darii kantor, aqu mampiir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membelii makanan iinstan karena iisteriiku akan pergii selama dua harii ke Bandung. Tak disangka di supermarket iitu aqu bertemu Fitri dgn belanjaanya.

Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagii sewaktu kuliihat pakaian Fitri yg tubuh-fiit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggiil biirahiiku untuk naik.

“Lho.. Mbak, belanja juga?” sapaqu.

“Eh.. Mas Saldy, biasa belanja bulanan”, jawabnya dgn senyum menghiasii wajah sensualnya.
“Berat enggak siih Mbak, punya swami sopir, sebab saya yg ditiinggal iisterii cuma dua harii saja rasanya sudah jenuh”.

“Wah.. Mas baru dua harii ditiinggal sudah begiitu, apalagii saya. Baygkan saya cuma ketemu swami dua miinggu dalem waktu tiiga bulan”..
“Kalo begiitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aqu mengambiil keranjang belanja Fitri.

“Teriima kasiih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang”.

“Ohh.. Ayo kiita sama-sama”, kataqu.

Aqu segera mengambiil inisiatiif berjalan lebiih dulu ke kasiir dan dgn sangat antusias membayar semua belanjaan Fitri.

“Ha.. Sudah bayar? Berapa? Nantii saya gantii”, kata Fitri kaget.

“Ah.. Sedikiit kok, enggak apa sekalii-kalii saya bayariin pakean dalem, siapa tahu dapat isinya, ha-ha-ha..”, aqu mulai bercanda yg sedikiit menjurus.

“IIhh.. Mas Saldy!” jeriit Fitri malu-malu. Akan tetapi aqu meliihat tatapan mata Liarnya yg seakan menyambut canda nakalku.

 Kita berjalan menuju kendaraanku, setelah menaruh belanjaan ke dalem bagasii aqu mengajaknya makan dulu. Dgn malu-malu Fitri mengiiyakan ajakanku.

Kita kemudian makan di sebuah restauran Sea Food di dekat mall. Aqu sangat gembiira karena semakiin lama kita semakiin akrab dan Fitri juga mulai berbaik hatii memberiikan kesempatan padaqu untuk “ngelaba”.

Mulai darii posiisii duduknya yg sedikiit mengangkang sehiingga aqu dgn mudah meliihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaqu untuk meliihat lebiih jauh ke dalem ia seakan memberiiku kesempatan.

Sewaktu aqu menunduk untuk mengambiil garpu yg dgn sengaja aqu jatuhkan, Fitri semakiin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang meliihat pemandangan iindah di dalem rok Fitri. Di antara dua paha montok yg putiih dan mulus iitu aqu meliihat celana dalem Verina yg berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!

Dgn cahaya di bawah meja tentu saja aqu tak dapat dgn jelas meliihat iisii celana dalem orange iitu, tapii iitu cukup membuatku gemetar terbakar biirahii. Sakiing gemetarnya aqu sampe terbentur meja sewaktu hendak bangkiit.

“Hii-hii-hii.. Hatii-hatii Mas..”, celoteh Fitri dgn nada menggoda.

Aqu memandang wajah Fitri yg tersenyum nakal padaqu, kuberaniikan dirii memegang tangannya.

“Hmm.. Maaf, saya cuma mau biilang kalo Mbak Fitri.. Seksii sekalii”, dgn malu-malu akhiirnya perkataan iitu keluar juga darii mulutku.

“Teriima kasiih, Mas Saldy juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan terutama, Mas Saldy lelaki yg paliing baik yg pernah saya kenal”.

“O ya?”, “Gara-gara saya traktiir Mbak?” aqu tersanjung juga dgn rayuannya,

“Bukan cuma iitu, saya seriing memperhatiikan Mas di rumah, dan darii ceriita Mbak Dinda, Mas Saldy sangat perhatian dan rajiin membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada lelaki dgn status sosial sepertii Mas yg sudah mapan dan berpendidikan akan tetapi masiih mau mengepel rumah”.

“Ha-ha-ha..” aqu tertawa gembiira, “Rupanya bukan cuma saya yg memperhatiikan kamu, tapii juga sebaliiknya”.

“Jadi Mas Saldy juga seriing memperhatiikan saya?”

“Betul, saya paliing senang meliihat kamu membersiihkan halaman rumah di pagii harii dan saat menjemur pakaian”.

“Eh.. Kenapa kok senang?”.

“Sebab saya mengagumii keiindahan Mbak Fitri, juga selera pakaian dalem Mbak”, aqu berterus terang.

Pembiicaraan ini semakiin mempererat kita berdua, seakan tak ada jarak lagii di antara kita. Akhiirnya kita pulang sekiitar jam 8 malam. Dalem perjalanan pulang, Mbak Fitri tertiidur sehiingga sewaktu sampe di rumah aqu membantunya membawa barang belanjaan ke dalem rumahnya.

Mbak Fitri masuk ke kamar untuk berganti pakaian, sementara aqu menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah iitu aqu duduk di ruang tamu menunggu Fitri muncul. Sekiitar liima meniit, Fitri muncul darii dalem kamar, ia ternyata sudah bergantii pakaian. Sekarang perempuan iitu mengenakan gaun tiidur yg sangat seksii, warnanya putiih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yg montok hiingga pakaian dalemnya tampak jelas olehku.

Siinar lampu ruangan cukup menerangii pandanganku untuk menjelajahii keiindahan tubuh Fitri di baliik gaun malamnya yg transparan iitu. Buah dadanya tampak bagaikan buah melon yg memenuhii bra seksii yg berwarna orange transparan.

Di baliik bra iitu kuliihat samar-samar ujung pentil susunya yg juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikiit berlemak dan turun, akan tetapi sama sekalii tak mengurangii niilai keiindahan tubuhnya. Apalagii bila memandang bagian bawahnya yg montok.

Tak sepertii di bawah meja sewaktu di restoran tadi, sekarang aqu dapat meliihat dgn jelas celana dalem orange transparan miiliik Fitri. Sungguh iindah dan merangsang, terutama warna hiitam di bagian tengahnya, membaygkannya saja aqu sudah berkalii-kalii meneguk ludah.

“Hmm.. Enggak keberatan kan kalu saya memakai baju tiidur?”, tanya Fitri memanciing.

Sudah sangat jelas kalo perempuan ini iingiin mengajakku seliingkuh dan melewatii malam bersamanya. Sekarang keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aqu akan beranii mengkhianatii Dinda dan meniikmatii malam bersama tetanggaqu yg bahenol ini.

Fitri duduk di sampiingku, terciium semerbak aroma parfum darii tubuhnya membuat hatiiku semakiin bergetar. Keadaan sekarang ternyata jauh di luar dugaanku. Kemariin-kemariin aqu masiih merasa bermiimpii bila dapat membelai dan meremas-remas tubuh Fitri, akan tetapi sekarang perempuan iitu justru yg menantangku.

“Mas Saldy mau mandi dulu? Nantii saya siapkan air hangat”, tanya Fitri sambiil menggenggam tanganku erat.

Darii sorotan matanya sangat tampak bahwa perempuan ini benar-benar membutuhkan seorang lakii-lakii untuk memuaskan kebutuhan biiologiisnya.

“Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kiita harus membuat komiitmen dulu Mbak”, kataqu agak seriius.

“Apa iitu Mas?”

“Pertama, terus terang aqu mengagumii Mbak Fitri, baik fiisiik maupun priibadi, jadi sebagai lakii-lakii aqu sangat tertariik pada Mbak”, kataqu.

“Teriima kasiih, saya juga begiitu pada Mas Saldy”, Fitri merebahkan kepalanya di pundakku.

“Kedua, kiita sama-sama sudah meniikah, jadi kiita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kiita, apa yg mungkiin kiita laqukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kiita”.

“Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya iingiin punya kawan saat saya kesepian, kalo Mas Saldy mau kapanpun Mas dapat datang ke sini, selagii enggak ada swami saya. Tapii saya sekaliipun enggak akan memiinta apapun darii Mas Saldy, dan sebaliiknya saya juga iingiin Mas Saldy demiikian pula, sehiingga hubungan kiita akan aman dan saliing menguntungkan”.

“Hmm.. Kalo begiitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya orang rumah enggak kebiingungan”.

“Kalo begiitu, Mas Saldy pulang saja dulu, taruh kendaraan di garasii, kan lucu kalo Mas Saldy biilang ada acara sehiingga enggak dapat pulang, sementara kendaraannya ada di depan rumah saya”.

“Oh.. IIya, hampiir saya lupa”.

Aqu segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh kendaraan di garasii dan mandi. Setelah iitu aqu mau biilang pada pembantuku kalo aqu akan mengiinap di rumah kawanku. Akan tetapi enggak jadi karena pembantuku ternyata sudah tiidur.

Aqu segera datang kembalii ke rumah Fitri. Perempuan iitu sudah menungguku di ruang tamu dgn secangkiir teh hangat di atas meja. Pahanya yg montok terpampang iindah di atas sofa.

“Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah siapkan air hangat”.

“Teriima kasiih, Mbak Fitri baik sekalii”.

Perempuan iitu berjalan menutup piintu rumah, darii belakang aqu memandang kemontokan bokongnya yg besar dan padat. Kebesaran bokong iitu tak mampu dibendung oleh celana dalem orange iitu, sehiingga memperliihatkan belahannya yg merangsang. Sepertii tak sadar aqu menghampiirii Fitri, lalu dgn nakal kedua tanganku mencengkeram bokongnya, dan meremasnya.

“Uhh..”, Fitri agak kaget dan menggeliinjang.

“Maaf”, kataqu.

“Enggak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Fitri seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum iitu membuat biibiir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.

“Crup..!”, aqu segera menciiumnya, Fitri membalasnya dgn Liar.

Aqu tak tahu sudah berapa lama biibiir iitu tak merasakan ciiuman lakii-lakii, yg jelas ciiuman Verina sangat panas dan Liar. Berkalii-kalii perempuan iitu nyariis menggiigiit biibiirku, liidahnya yg basah meliiuk-liiuk dalem rongga mulutku. Aqu semakiin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhentii di kemontokan bokongnya dan kemudian meremas-remas penuh biirahii.

“Ohh.. Ergh..”, lenguh Fitri di sela-sela ciiuman panasnya.

Dgn beberapa gerakan, Fitri meloloskan gaun tiidurnya hiingga terjatuh di lantai. Sekarang perempuan iitu hanya mengenakan Bra dan CELANA DALAM yg berwarna orange dan transparan iitu. Aqu terpaqu sejenak mengagumii keiindahan pemandangan tubuh Fitri.

 “Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksii”, pujiiku , “Buah dada Mbak besar sekalii”

“Hii-hii-hii.. Punya Dinda keciil ya? Paliing 36 A, iiya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya iitu.

“36 B”, jawabku.

“Salah”

“36 C”.

“Masiih salah, sudah liihat aja niih”, Fitri membuka pengait Bra-nya, sehiingga kedua buah montok iitu serasa hampiir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange iitu kepadaqu.

“Giila.. 36 D!”, kataqu membaca ukuran yg tertera di bra iitu.

“Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaqu basa-basii.

“Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan iisep niih.. Ujung pentilnya”, kata Fitri dgn gaya nakal bagaikan pelacur jalanan.

Perempuan iitu menjatuhkan tubuh iindahnya di atas sofa, aqu memburunya dan segera meniikmatii kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok iitu, kemudian kuciiumii dan terakhiir kukulum ujung pentil susunya yg sebesar iibu jarii dgn sekalii-kalii memainkannya di antara giigii-giigiiku.

Fitri menggeliinjang-geliinjang keenakan, napasnya semakiin terdengar resah, berkalii-kalii ia mengeluarkan kata-kata jorok yg justru membuatku semakiin bernafsu.

“Setan, enak banget Mas..” jeriitnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepiingiin niih!”.

Aqu yg juga sudah sangat bernafsu segera menjawab keiingiinan Fitri. Dgn bantuan Verina aqu menelanjangii diriiku sehiingga tak tersiisa satupun busana di tubuhku. Fitri sangat gembiira meliihat ukuran kemaluanku yg lumayan panjang dan besar iitu.

“Ohh.. Besar juga ya..” jeriitnya.

Ia benar-benar bertiingkah bagaikan pelacur murahan, akan tetapi justru iitu yg kusuka. Perempuan iitu segera membuka CELANA DALAM orange sebagai kain terakhiir di tubuhnya. Kuliihat daerah bukiit kemaluannya yg ditumbuhii rambut-rambut Liar.

Dengan segariis biibiir membelah ditengah-tengahnya. Biibiir yg merah dan basah, sangat basah. IIngiin rasanya aqu meniikmatii keiindahan biibiir keniikmatan Fitri, akan tetapi sewaktu aqu iingiin melaksanakannya ia menampiikku.

“Sudah, nantii saja, masiih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kiita selesaikan babak pertama”.

Fitri duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakiinya dibuka lebar-lebar mempersiilakan kepadaqu untuk melaqukan penetrasii keniikmatan sesungguhnya. Aqu pun segera menyiapkan senjataqu, mengarahkan ujung kemaluanku tepat di depan Lubang kemaluan Fitri dan perlahan tapii pastii menekannya masuk.

Sedikiit-demii sedikiit kemaluanku tenggelam dalem kehangatan Lubang Fitri yg basah dan niikmat. Sewaktu hampiir seluruh gagang kemaluanku yg berukuran 20 cm iitu memasukii kemaluan, aqu mencabutnya kembalii. Kemudian kembalii memasukkannya perlahan.

 “Enghh.. Giila kamu Mas, kalo begini sebentar saja saya puas”, jeriit Fitri keenakan.

“Tak apa Mbak, siilahkan meniikmatii, kan masiih ada babak selanjutnya”, tantangku. Sekarang kutambah rangsangan dgn meremas dan memiiliin ujung pentil susunya yg besar.

“Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Fitri memejamkan matanya. Pada penetrasii keliima, Fitri menjeriit,

“Sudah Mas, jangan tariik lagii, saya mau.. Mau.. Oh..!”

Dinding kemaluan Fitri berdenyut-denyut seakan memiijiit gagang kemaluanku dalem keniikmatan biirahii yg sedang direguknya.

“Oh.. Saya sudah Mas”, katanya sambiil menariik nafas.

“Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Fitri.

“Terserah Mbak”, kataqu. Aqu siih pasrah saja.

“Sini, saya iisep aja dulu”.

“Hmm.. Boleh juga, Dinda belum pernah oral dgn saya”, aqu mencabut kemaluanku darii dalem kemaluan Fitri yg basah dan menyodorkannya ke Fitri.

Perempuan iitu menjiilatii ujung kemaluanku dgn liidahnya seakan membersiihkannya darii cairan kemaluannya sendirii, kemudian dgn sangat bernafsu ia memasukkan kemaluanku ke dalem mulutnya.

Biibiir seksii Fitri tampak menyedot-nyedot kemaluanku seakan menyedot air maniqu untuk keluar. Ia kemudian mengocok kemaluanku dalem mulutnya hiingga biirahiiku mencapai puncaknya.

“Oh.. Saya mau keluar niih, giimana?”, aqu biingung apakah aqu harus mengeluarkan air maniqu ke dalem mulutnya atau mencabutnya.

Akan tetapi Fitri hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan bila aqu memuntahkan air maniqu ke dalem mulutnya.

Akhiirnya aqu mencapai orgasme dan memuntahkan semua air maniqu ke dalem mulut Fitri. Perempuan iitu tanpa segan-segan menelan seluruh air maniqu. Sungguh liihai perempuan ini memuaskan biirahii lakii-lakii! Kita duduk sebentar dan miinum air dingiin, kemudian Fitri mengangkangkan kakiinya kembalii.

“Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalo mau jiilat dulu siilahkan, tapii utamakan yg ini ya”, Fitri menunjuk ke arah kelentitnya yg agak besar.

“Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”, seruku.

Sejurus kemudian aqu sudah berada di hadapan biibiir kemaluan Fitri yg baru saja aqu niikmatii. Sebelum kujiilat terlebiih dahulu kubelai biibiir iitu darii ujung bawah hiingga kelentit. Kusiingkap rambut-rambut kemaluannya yg menjalarii biibiir iitu.

“Sudah gondrong niih Mbak”, seruku.

“Oh iiya, habiis mau dicukur percuma juga, enggak ada yg liihat dan jiilat”, jawabnya nakal,

“Besok pagii saya cukur deh, tapii janjii malamnya Mas Saldy datang lagii ya..”.

“Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemanii Mbak Fitri”.

Aqu kemudian asyiik menjiilatii dan menciiumii labiium mayora dan miinora Fitri. Cairan kemaluan Fitri sudah mulai mengaliir kembalii pertanda ia sudah terangsang kembalii. Desahan Verina juga memperkuat tanda bahwa Fitri meniikmatii permainan oralku.

Dgn nakal aqu memasukkan jarii telunjuk dan tengahku ke dalem kemaluannya dan kemudian mengobok-obok Lubang becek iitu.

“Yes.. Asyiik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru Fitri.

Aqu sendirii sudah terangsang sejak meliihat keiindahan selangkangan Fitri, jadi kemaluanku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Fitri menunggiing di atas sofa.

“Sekarang doggy-style ya Mas..” Aqu siih iiya saja, maklum.. Sama enaknya..

Sejurus kemudian kita sudah terliibat permainan babak kedua yg tak kalah seru dan panas dgn babak pertama, hanya kalii ini aqu memuntahkan air mani di dalem kemaluannya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © CERITA KITA - but you - Powered by cerita kita - Designed by by me -