- Home >
- Fitri istri tetanggaku yang nikmat
Namanya Fitri supriatin, aku biasa memanggilnya Fitri, sementara ia biasa
memanggilku Mas Ady. Perawakannya sedang-sedang saja, wajahnya pun
sedang-sedang saja, bila dibandingkan dengan istriku jelas lebih cantik
istriku. Tapi entah mengapa ia begitu menggairahkan diriku sehingga aku sering
berangan-angan untuk dapat bersetubuh dengannya. Mungkin itulah yang dimaksud
dengan peribahasa
“Rumput di
halaman tetangga nampak lebih hijau”. Angan-anganku tersebut sebenarnya tidak
berlebihan karena Fitri sendiri sering memancing perhatianku, baik dengan
perkatan-perkataannya saat ia mengobrol denganku, maupun dengan sikap dan
gerak-geriknya. Rumah kami yang saling berhadapan memungkinkan diriku untuk
sering mengamatinya sambil berkhayal. Apalagi bila ia selesai mandi (kebetulan
kamar mandinya berada di luar rumah) seolah sengaja memamerkan tubuhnya yang
sintal dan mulus yang hanya ditutupi dengan handuk yang minim. Tak ayal lagi
bila melihat itu aku pun asyik memelototinya dari balik kaca rumahku sambil
beronani.
Pernah pada suatu hari ketika aku berjalan di gang yang sempit
dekat rumahnya aku dikagetkan olehnya di tikungan. Kontan saja aku merasa
kaget, namun ketika mengetahui bahwa yang mengagetkanku itu Fitri aku pun
memeluknya erat-erat. Pada mulanya ia meronta-ronta hendak melepaskan diri dari
pelukanku namun dari rontaannya aku mengetahui bahwa ia hanya berpura-pura,
terlebih-lebih ketika aku berhasil mendaratkan ciuman di bibirnya yang seksi ia
memberi respons dengan membalas ciumanku. Tanganku pun bergerilya di sekitar
dadanya. Fitri hanya dapat menggelinjang sambil merintih keenakan. Untung kami
sadar bahwa gang tersebut adalah jalan umum walaupun pada saat itu sangat sepi
maka kami pun melepaskan ciuman kami. Fitri tersenyum tersipu sambil berkata
“Ah, Mas ady nakal!” sambil mencubit mesra pahaku. Sejak saat itu khayalanku
bertambah menjadi-jadi karena mengetahui bahwa Fitri membalas hasratku. Fitri pun
semakin atraktif bila di hadapanku seolah-olah memberi isyarat bahwa ia
menginginkan peristiwa di gang sepi itu terulang lagi. Bahkan lebih dari
itu.
Pada suatu hari ketika aku akan pergi ke kampung untuk menjemput orang tuaku tanpa
curiga suami Fitri menyuruh istrinya untuk ikut bersamaku guna menengok adiknya
yang kebetulan tinggal di kota yang sama dengan tempat orang tuaku tinggal dan Fitri
pun setuju. Waktu itu aku membawa mobil kakakku dan pergi sendirian. Wah pucuk dicinta
ulam pun tiba pikirku.
Singkat kata kami berdua pun pergi bersama-sama. Sepanjang perjalanan kami
tidak banyak bicara karena bagaimanapun aku merasa rikuh takut Teh Imas tidak
merasa senang. Yang kulakukan hanya membayangkan alangkah nikamtnya bila aku
dapat menyetubuhi Fitri yang bahenol nerkom itu sehingga sepanjang perjalanan
kontolku ngaceng terus. Ketika tiba di kota S kami pun mampir di sebuah
restoran yang berdampingan dengan sebuah hotel untuk beristirahat sambil
mengisi perut karena di rumah kami belum sempat sarapan. Sembari menikmati
sarapan otakku berputar mencari jalan bagaimana caranya agar aku dapat
menyetubuhi Fitri sepuas-puasnya. Setelah selesai makan saya berkata kepada Fitri
“Fit kita istirahat dulu di hotel yach untuk mengembalikan stamina karena
perjalanan kita masih jauh”. Fitri tersenyum sambil menjawab “Alaaaaah Mas ady
kok pura-pura segala, bilang saja terus terang kalau Mas Ady ingin ngewe dulu
dengan saya, saya juga mau kok karena dari dulu juga memek saya sebetulnya sudah
kepingin dimasuki oleh kontol Mas Ady. Tadi juga saya selalu memperhatikan
celana Mas Ady yang kembung karena kontolnya ngaceng ya?”. Aku merasa agak malu
karena tipu muslihatku diketahui oleh Fitri, tapi aku pun merasa lega karena
keinginanku tidak bertepuk sebelah tangan. Fitri pun melanjutkan ceritanya,
“Mas sebenarnya hasrat seks saya tidak terpuaskan oleh suami saya yang
kontolnya kecil lagi pula loyo, oleh karena itu saya selalu beronani sambil
membayangkan bahwa saya sedang diewe oleh Mas Ady”. Mendengar pengakuannya yang
polos dan terus terang itu kontan kontol saya semakin mengeras apalagi setelah
saya perhatikan ternyata di balik T-Shirtnya yang ketat Fitri tidak mengenakan
BH sehingga buah dadanya yang besar terlihat menggelantung dan putingnya tercetak
jelas.
Akhirnya kami memutuskan untuk cek-in di hotel di sebelah restoran tadi. Hotel
tersebut lumayan bersih dengan suasana yang tenang. Begitu kami masuk ke dalam
kamar dan mengunci pintunya kontan Fitri memeluk diriku dan mendaratkan
ciumannya ke bibirku sambil tangannya berusaha untuk membuka ritsleting
celanaku seolah-olah tidak sabar untuk memegang kontolku. Aku pun segera
mengimbangi kebuasannya dengan melumat bibirnya sambil meremas-remas teteknya.
Untuk membantu Fitri aku pun segera membuka celanaku sehingga Fitri leluasa
memegang dan mempermainkan kontolku yang berukuran sedang, panjang 14-15 cm.
dengan diameter 13 cm. Ketika aku mendaratkan bibirku di lehernya, Fitri pun
menggelinjang kegelian sambil mendesah nikmat. Aaaah …… Masssssss …….. geli
tapi nikmaaaaaaaat. Aku pun meneruskan pengembaraan bibirku ke bagian dada Fitri
yang kausnya sudah dibuka. Segera ketika kudapatkan teteknya yang besar aku pun
menghisap dan mempermainkan pentilnya dengan bibirku. Fitri menjerit tertahan
sambil mengelinjang kegelian campur nikmat. Aaaaawwww ……
Massssss …….
Terus …… jangan biarkan saya menderita Maaaassss ……. Aku sangat menginginkan
kontolmuuuuuu ……., sambil tangannya tidak henti-hentinya mempermainkan
kontolku. Sambil tetap mengulum dan menghisap teteknya aku pun melepaskan
celana panjang dan cd Fitri sambil perlahan-lahan membaringkan tubuhnya di
tempat tidur. Aku pun menempelkan kontolku serta menggesek-gesekkannya pada
permukaan memek Fitri yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Nampaknya Fitri sudah
tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan kontolku; ia berusaha memasukkan
kontolku ke dalam memeknya dengan jalan menggoyang-goyangkan pantatnya sambil
mengarahkan lubang memeknya yang sudah basah kepada kontolku. Namun aku sengaja
menahannya tidak memasukkan kontolku tersebut ke dalam memeknya karena aku
ingin tahu sampai sejauh mana nafsu wanita yang seksi ini. Aku malah
mempermainkan memeknya dengan tanganku, kuusap-usap klitorisnya dengan
jariku.
Dipermainkan begitu Fitri semakin hebat menggelinjang, pantatnya tidak berhenti
bergoyang, sementara bibirnya semakin ramai mendesah dan meracau sssshhhhh ……
ssssshhhhhhh …….. shhhhhhhh …….. Maaassssssss …….. aku sudah tidak tahan
Maaaassssss …… cepat masukkan kontolmuuuuuu ……. Massssss …….. aku bisa gila
Maaasssss …….. ingin cepat merasakan kontolmuuuu, sudah lama aku menginginkan
diewe olehmu Massssss …… Nafasnya semakin memburu. Kulihat matanya membeliak,
dan yang tampak hanya bagian putihnya saja. Melihat nafsunya yang sudah
demikian memuncak aku pun merasa iba sehingga secara perlahan-lahan kumasukkan
kontolku ke dalam lubang memeknya, ketika sudah masuk separohnya kucabut
kontolku, untuk dimasukkan kembali separohnya. Demikianlah kulakukan
berulang-ulang. Fitri matanya setengah terpejam sambil mulutnya tidak
henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan karena makan
sambal sambil pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar yang menambah
kenikmatan kontolku. Sssssshhhhh …….. ssssshhhhhtttt …….. ssssshhhhhh ……..
ssssshhhhh …….. Ketika kuhunjamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya Fitri pun
menjerit tertahan sambil wajahnya mendongak aaaaaaaaaawwwwwww ……….. Melihat
lehernya terbuka aku pun menciumi lehernya, tapi aku membairkan kontolku
tertanam di dalam memek Fitri tanpa memajumundurkan atau menggerakkannya. Fitri
nampak kesal, dan ia memintaku untuk memaju mundurkan kontolku. “Jangan di diamkan
dong kontolmu Masss …… kurang nikmat, nanti aku imbangin permainan kontolmu
dengan goyang jaipongku”. Memang kebetulan Teh Imas pandai menari jaipong yang
seksi itu.
Permainan kami sudah berlangsung 30 menit, berbagai posisi telah kami coba dan
Teh Imas selalu menuruti posisi yang aku minta dan kelihatannya ia sangat
menyukai setiap posisi tersebut, terlebih-lebih ketika aku memintanya untuk
menungging dan aku hunjamkan kontolku dari belakang sehingga terasa betul bahwa
seluruh kontolku ditelan oleh memeknya. Ia sudah mengalami orgasme sebanyak
lima kali dan terlihat sudah kelelahan. Maka akupun memberi isyarat kepadanya
bahwa aku pun akan mengeluarkan maniku di dalam memeknya, ia pun menyetujuinya
dan menghendaki untuk keluar bersama-sama. Dalam keadaan bugil kami pun
berpelukan tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Teh Imas pun
bercerita bahwa suaminya terlalu kuno dalam bermain cinta, tidak lihai
membangkitkan gairah istri, sehingga Fitri sering merasa malas meladeninya, di
samping ukuran kontolnya yang kecil dan pendek serta tidak tahan lama.
Kebetulan aku pun mengalami masalah yang sama, istriku terlalu kuno dalam bercinta,
tidak mau bereksperimen, hal itu membuat aku kadang-kadang merasa jenuh. Tanpa
terasa kami pun tertidur sambil berpelukan.
Ketika aku terbangun kulihat Fitri masih tertidur lelap dalam keadaan
telanjang. Posisinya sangat menggairahkan, kedua kakinya tertekuk agak
mengangkang sehingga terlihat memeknya yang berwarna merah kehitam-hitaman agak
merekah. Melihat pemandangan itu kontan saja kontolku ngaceng kembali tapi aku
tidak segera memasukkan kontolku tersebut ke dalam memek Fitri, melainkan secara
pelan-pelan mendekatkan bibirku ke arah memek tersebut. Aku ingin memberi
pengalaman baru yang mengasyikkan kepada Fitri. Segera saja kudaratkan bibirku
ke memek Teh Imas tanpa menghiraukan bau yang keluar dari lubang kenikmatan
tersebut dan juga tanpa menghiraukan bekas-bekas mani yang masih menempel.
Kujulurkan lidahku untuk mengorek-ngorek lubang memek tersebut sambil sesekali
kuhisap dan kupermainkan klitorisnya dengan lidahku. Fitri belum terbangun tapi
pantatnya bergoyang-goyang dan terangkat sambil mengerang-erang, kelihatannya
karena geli dan nikmat. Mungkin ia sedang bermimpi nikmat. Ketika tidak berapa
lama kemudian Fitri terbangun ia melihat bahwa aku sedang bermain-main di
seputar memeknya, ia pun menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku ke memeknya,
pahanya
segera
menjepit erat kepalaku dan kakinya ditumpangkannya di pundakku. Badannya
menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya
menjambak rambutku dan menekan kepalaku agar lebih keras mempermainkan
memeknya. Sepertinya kalau bisa ia ingin membenamkan seluruh kepalaku ke dalam
lubang memeknya. Aku pun semakin agresif memberi kenikmatan kepada memek Teh
Imas yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang. Aaaahhhhh …….
Sssssshhhhhh …….. sssssshhhhhhh ……. Adddddduuuuuuuuhhhh …… Massssssssssssssss
………. Pandai nian Massss memberi kenikmatan padaku, aku rela diperlakukan
bagaimana pun asal nikmaat bagikuuuuuuuuuu ……., telan saja memekku Maaaaassss
…….
Aku pun melanjutkan permainan bibirku ke bagian atas. Aku menjilati pusarnya,
terus naik lagi semakin ke atas dan segera kutemukan tetek Teh Imas yang
menjadi pavoritku, aku senang berlama-lama mempermainkan serta menghisapnya. Fitri
semakin liar gerakan tubuhnya, menggelinjang ke sama kemari. Mulutnya tidak henti-hentinya
meracau mengeluarkan desahan serta kata-kata yang jorok menyebabkan aku semakin
terangsang. Maaaasssssssss ……… cepet dooooong masukkan kontolmuuuuuuuu …..
jangan siksa aku Maaaasssssss ……… ooooooohhhhhhhh nikmatnyaaaaaa ……… aku ingin
segera naik ke surga duniaaaaaa ……… Masssssss …… Aku merasa iba mendengar
rintihan serta ratapannya, di samping aku pun memang sudah tidak tahan.
Aku segera menghunjamkan kontolku keras-keras ke dalam memek Fitri, ia seperti
tersedak, nafasnya seolah-olah terhenti sejenak, kemudian terdengarlah
erangannya yang semakin meningkatkan nafsu birahiku. Aku pun tidak berhenti
memajumundurkan kontolku, sehingga terdengar bunyi seperti suara langkah kaki
orang yang berlari-lari di tempat yang becek, cek cek cek cek cek ditimpali
suara beradunya pahaku dengan paha Teh Imas yang mengeluarkan suara plok plok
plok. Suara-suara tersebut dipadukan dengan suara rintihan serta erangan yang
keluar dari mulutku dan mulut Fitri. Ah, nikmat benar ngeweeeeeeeeee dengan Fitri!
Tidak berhenti sampai di situ, kami pun berguling-guling untuk menambah variasi
permainan, kadang aku di atas kadang di bawah. Ketika aku berada di atas
kendali permainan ada pada diriku, tapi ketika aku berada di bawah maka Teh
Imaslah yang mengendalikan permainan, dengan liar ia menaikturunkan serta
memajumundurkan pantatnya sementara aku mengimbanginya dari bawah. Fitri tidak
henti-hentinya memuji kelihaianku dalam memuaskan dirinya. Maaaasssss …….
Pandai benar engkau memuaskan diriku ……. Masssss andaikata engkau suamiku tentu
aku akan memintamu mengewe diriku
setiap saat
…… Maaaaaassssss ……… aduuuuuuuhhhh ………. Nikmaaaaatttttt ……. Sssshhhhhhhh …………
Shhhhhhhhhhh ……… kontooooooooollllllll. Massssssss …….. rendamlah kontolmu di
dalam memekku selama mungkiiiiiiiinnnnn aaaaaaaaawwwwww ……… ssssshhhhhhhhh. Aku
pun mengimbangi pujiannya dengan memuji pula. FIIITTTRRRI ………. Sudah kuduga
pasti memekmu enaaaaaaaakkkkkkkkk ……… sssshhhhhhhh………. Setelah berlangsung
cukup lama aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kontolku ingin
keluar, Teh Imas pun nampaknya mengejang, maka aku mengajak agar mencapai
orgasme secara bersama-sama, Fitri mengangguk. Terjadilah kontraksi pada diri
kami berdua sejenak kemudian memancarlah air maniku di dalam memek Fitri,
diiringi oleh jeritan tertahan dari kami berdua. Awwwwwww …….. aduuuuuuuh …….
Masssssss ……… Teeeeeeehhhhhhh …….. Kami pun terkulai lemas, tubuh Teh Imas
menindih tubuhku, tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra.
Ketika hari menjelang sore kami berdua mandi bersama-sama karena hendak
melanjutkan perjalanan ke kota tujuan. Kami saling menyabuni tubuh kami
masing-masing dan di dalam kamar mandi itu terjadilah lagi persetubuhan dengan
gaya dan posisi yang benar-benar baru bagi Fitri. Ia sendiri mengakui bahwa
pengalaman ngewe bersamaku di hotel itu merupakan pengalamannya yang baru dalam
bersetubuh dan membawa kenikmatan yang luar biasa baginya.
Setelah selesai mandi sambil ngewe kami pun cek-out dari hotel tersebut dan
melanjutkan perjalanan ke kota tujuan kami. Tapi berbeda dengan ketika kami
baru berangkat dari rumah kami suasana di perjalanan sekarang jauh lebih santai
lebih menyenangkan. Aku dipaksa untuk melepaskan cd-ku oleh Fitri agar ia
leluasa mempermainkan kontolku, dan kadang-kadang mengulumnya. Perlu diketahui
bahwa setelah keluar dari hotel aku mengenakan sarung sedangkan Fitri mengenakan
rok. Bukan satu dua kali aku harus meminggirkan mobilku yang kukemudikan di
tempat yang sepi karena merasa tidak tahan dengan kenikmatan yang diberikan
oleh Fitri kepada kontolku. Kebetulan sepanjang perjalanan kami banyak melewati
hutan jati. Bila sudah demikian Fitri pun meminta kepadaku untuk menjilat dan
menyedot itilnya karena ia pun tidak memakai cd. Aaaah …… FITRRII, betapa
nikmatnya itilmu seperti yang selama ini aku bayangkan.
Sesampai di kota yang dituju kami pun berpisah karena rumah orang tuaku dan
rumah adiknya berjauhan sekaligus untuk menghilangkan jejak. Sebelum berpisah
kami sama-sama berjanji untuk merahasiakan peristiwa nikmat ini dan sekaligus
juga berjanji untuk melakukannya lagi pada waktu yang lain bila keadaan
memungkinkan. Aaaahhhhh …… fittrriiiii ……. Aku selalu merindukan memekmu ……….
Kapankah kontolku bisa menembus dan mengaduk-aduk lagi memekmu? Aku pun yakin
bahwa perasaanmu juga sama. Fitri ewean lagi yu? Aku ingin mengewemu setiap
saat istri tetanggaku
Bagiku sekarang rumput di halaman tetangga itu bukan saja “lebih hijau” namun
juga “lebih nikmat”. Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhh ……………………